Tentu saja no free lunch untuk dapat menikmati bonus itu. Bonus demografi ini akan layak disebut bonus jika generasi mudanya dipersiapkan dan diberdayakan dengan baik. Jika tidak, yang ada sekedar kelebihan demografi, yang hanya menambah beban negeri ini.
Pendidikan yang berkualitas untuk mempersiapkan mereka, disertai kesempatan berkarya untuk memberdayakan mereka, adalah sesuatu yang harus disediakan.Â
Indonesia sudah menyadari itu. Pemerintah masih terus mengekspansi infrastruktur teknologi, pendidikan dengan sisipan kurikulum teknologi sudah banyak diterapkan sejak sekolah dasar, atau sekolah vokasi siap kerja semakin berkualitas sehingga siap menjawab permintaan pasar.Â
Otoritas bank sentral pun terus gencar menguatkan ekosistem ekonomi digital, dalam beberapa waktu ke depan akan ada Rupiah digital, sistem pembayaran lintas negara terus berkembang, dan masyarakat semakin me-mainstreamkan pembayaran dengan gawai.
Euforia dalam menyatukan kehidupan dengan teknologi ini pastinya disertai nyala peringatan kewaspadaan. Upaya negara lain untuk mengambil keuntungan potensi ekonomi digital Indonesia dengan cara tidak sehat harus diperangi. Pelindungan kepada seluruh elemen bangsa tetap yang dikedepankan.Â
Indonesia Bisa
Bagaimanapun, keinginan Indonesia untuk menjadi pemain penting dalam ekosistem ekonomi digital dunia tidak berlebihan, bukan sekedar mimpi. Ada kesempatan besar untuk mewujudkannya.Â
Dimulai dengan membangun sumber daya manusianya, dilanjutkan dengan kesiapan negara untuk memberdayakan kemampuan mereka, dan tentunya, dukungan bangsa untuk menciptakan lingkungan yang mendorong semangatkan menghasilkan inovasi yang bermanfaat.Â
Kelak, Indonesia tidak lagi sekedar negara pengguna atau semata-mata tujuan pasar teknologi negara lain. Kita optimis bisa lebih dari itu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H