Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Turbulensi Ekonomi Melahirkan Inovasi

4 Februari 2024   17:59 Diperbarui: 5 Februari 2024   07:41 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapula peristiwa great recession yang dipicu meledaknya angka gagal bayar debitur kredit rumah di AS atau dikenal subprime mortgage pada 2008. 

Kondisi itu juga menciptakan keguncangan yang merembet ke negara-negara lain, bahkan sempat menyentuh Indonesia. Pada peristiwa tersebut, muncullah permasalahan penyelamatan Bank Century.

Sepuluh tahun kemudian, terjadi perang dagang antara Tiongkok dengan AS. Karena kedua negara tersebut merupakan mitra dagang utama dunia, maka konflik keduanya berdampak pada terhambatnya perdagangan dunia.

Belum lagi tuntas, dunia digoncang dengan bencana terbesar abad ini yaitu pandemi Covid-19 pada awal 2020. 

Tidak hanya jutaan nyawa melayang, pandemi nyaris menghentikan aktivitas perekonomian dunia. 

Hampir semua negara mengalami lonjakan angka pengangguran dan kemiskinan, anjloknya Pendapatan Domestik Bruto (PDB), dan akhirnya menurunnya pertumbuhan ekonomi secara drastis.

Masih dalam masa pemulihan pasca pandemi, terjadi peningkatan tensi geopolitik karena konflik Rusia dengan Ukraina dan Israel dengan Palestina. 

Konflik-konflik tersebut memicu distribusi berbagai komoditas utama dunia, seperti minyak, gas, tepung, dll. Akibatnya, terjadi lonjakan inflasi di berbagai negara. Hingga saat ini, ketegangan geopolitik tersebut masih terasa impaknya.

Selain faktor luar, goncangan ekonomi juga berulang terjadi karena faktor domestik. Pasca kemerdekaan, Indonesia berjuang keras membangun tatanan ekonomi baru. Dalam kondisi politik dan keamanan yang labil waktu itu, terdapat proyek-proyek mercusuar ketika kemampuan finansial nasional belum siap. Akibatnya, hutang menunpuk sehingga sektor ekonomi carut marut. 

Saat itu, adapula kebijakan fenomenal "Gunting Syafrudin" yakni sanering atau pemotongan nilai rupiah. Puncaknya ialah menjelang revolusi tahun 60-an dengan terjadinya hiperinflasi. Banyak penelitian menyebutkan inflasi ketika itu mencapai 600% lebih.              

Indonesia kembali dihadapkan goncangan ekonomi berupa krisis moneter pada 1998. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi pada tahun itu sempat menyentuh 77% lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun