Lalu, memanfaatkan keberadaan IMF dan World Bank, negara-negara yang memperoleh pinjaman dari lembaga tersebut harus dalam bentuk dollar AS. Â
Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa AS selalu berupaya menghadirkan dollarnya pada setiap aktivitas ekonomi dunia. Dengan demikian, ketergantungan pada mata uang itu akan selalu ada sehingga sulit melepaskannya.
Ekonomi sebagai Senjata
Ekonomi merupakan urat nadi kehidupan bangsa. Mematikan aktivitasnya bisa jadi mematikan negara tersebut. Tindakan semacam itu telah diterapkan sejak era perang Napoleon ketika memblokade perdagangan negara-negara lawannya, sebagaimana kajian Tim Beal berjudul Sanctions as War.
Begitupun dengan AS, konsekuensi dari dominasinya terhadap perekonomian dunia membuatnya leluasa melakukan tindakan tertentu terhadap suatu negara. AS dapat mendorong organisasi international, negara-negara lain, atau bahkan melakukan sendiri pemberian sanksi ekonomi terhadap negara yang dianggap tidak sejalan dengannya.
Sanksi-sanksi ekonomi semacam larangan atau mempersulit ekspor, penolakan pinjaman keuangan dari lembaga internasional (misalnya bantuan dari World Bank), atau larangan pemanfaatan layanan keuangan (misalnya penggunaan SWIFT untuk transfer antarnegara), biasa diterapkan AS.
Berbagai negara telah terimbas sanksi tersebut, sebut saja Rusia, China, Korea Utara, Iran, Venezuela, dan masih banyak yang lain. Bagi sebagian negara yang tidak memiliki pengaruh kuat dalam perekonomian dan politik dunia, sanksi itu tentunya berpotensi mempengaruhi kestabilan ekonomi mereka.
Masih Dominan
Secara angka, AS memang masih memegang peran dominan dalam perekonomian dunia. Mereka merupakan negara eksportir kedua terbesar di dunia di bawah China sekaligus menduduki peringkat tertinggi sebagai pengimpor.
59% lebih akumulasi cadangan devisa global juga masih dalam bentuk dollar AS, jauh di atas Euro pada peringkat kedua dengan 19% lebih, sesuai data IMF. Cadangan devisa adalah cadangan dalam satuan mata uang asing yang dipelihara oleh bank sentral untuk memenuhi kewajiban keuangan karena adanya transaksi keuangan.
Selain itu, mata uang asing yang dipergunakan dalam perdagangan dunia mayoritas tetap menggunakan dollar AS. Proporsinya mencapai 88%, sesuai data Bank for International Settlements (BIS).