Impor pun dilakukan melalui Vietnam, Thailand, dan Myanmar, serta penjajakan dengan China. Strategi penyebaran pemasok itu sudah tepat mengingat persoalan pangan juga dihadapi negara-negara lain. Konsekuensinya, akan ada upaya persaingan untuk memperoleh sumber pangan dari negara-negara produsen.
Dan, tidak menutup kemungkinan, negara-negara yang menjadi eksportir beras untuk Indonesia saat ini akan menerapkan kebijakan pembatasan ekspor pula.
Upaya lain yang dilakukan adalah kebijakan pembatasan pembelian beras di toko ritel. Penjelasan pemerintah, langkah tersebut diambil untuk menjaga pemerataan distribusi ke masyarakat. Selain itu, tujuannya juga mencegah munculnya panic buying karena kekhawatiran masyarakat terhadap stok yang menipis.Â
Momentum Baik Petani
Upaya mengendalikan harga tersebut juga perlu dilakukan secara cermat. Bagaimanapun, kenaikan harga beras bisa menjadi berkah bagi para petani.
Pengukurannya dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator kemampuan daya beli petani, atau gampangnya, tingkat kesejahteraan petani. NTP dikatakan baik jika berada di atas 100, pada September ini NTP mencapai angka 114. Secara historis, NTP tersebut mencatatkan rekor tertinggi sejak 2021.Â
Pencapaian NTP tersebut didorong rata-rata harga gabah di tingkat petani selama 2 tahun yang mencapai angkat tertingginya pada September lalu.Â
Jika memang data-data dimaksud sejalan dengan kondisi nyata di lapangan, maka peningkatan harga beras ini bisa mendongkrak kesejahteraan petani.Â
Ironis memang, hingga 2022, 50% rumah tangga miskin memiliki sumber penghasilan utama dari sektor pertanian. Â Â
Pengecekan Lapangan        Â
Memetakan persoalan inflasi bahan pangan ini tidak cukup hanya dengan olah data. Perlu adanya pengecekan kondisi langsung di masyarakat oleh para pengambil kebijakan.