Mode ini membantu pengguna untuk mengaktifkan aplikasi-aplikasi tertentu saja pada periode tertentu, misalnya saat jam kerja. Tujuannya tidak lain untuk membantu pengguna tetap focus.
4. Screen time
Dengan mengaktifkannya maka pengguna dapat memantau lamanya pengguna membuka screen gadget dan waktu yang dihabiskan pada suatu aplikasi dalam sehari.
Tentunya, setiap orang akan berbeda dalam memanfaatkan fitur digital wellbeing, tergantung kebutuhan masing-masing. Misalnya, jika media social sekedar hiburan maka ada baiknya dilakukan pembatasan waktu. Hal itu tidak berlaku jika media social adalah sarana yang membantu pekerjaan (e-commerce, advertising, dll).
Seorang yang harus stand by menerima panggilan sewaktu-waktu juga tidak dapat sembarangan mematikan notifikasi gadgetnya, contoh polisi atau dokter.
Ketika mengaktifkan fitur digital wellbeing, tidak dengan serta merta aplikasi akan off sesuai setting-an. Sistem akan memberikan notifikasi berupa opsi untuk memperpanjang durasi penggunaan aplikasi (add more time). Di sinilah, kedisiplinan kita diuji. Jika hanya untuk memberikan kelonggaran waktu penggunaan aplikasi tanpa sebab yang penting atau darurat maka manfaat dari fitur digital wellbeing tidak akan optimal.
Demikian sekilas tulisan mengenai upaya mengatasi dan mencegah kecanduan pengguna gadget. Apapun cara yang diterapkan, kedisiplinan dan kemauan kita lah yang menentukan keberhasilannya. Pastinya, tidak ada yang mau hidup dipersusah oleh gadget yang semestinya memudahkan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H