Keempat, dengan adanya kemudahan akses informasi, ekspektasi masyarakat terhadap pergerakan harga lebih terjaga. Menjaga ekspektasi sangat perlu guna mencegah dampak psikologis berupa kepanikan terhadap pergerakan harga. Bagaimanapun faktor tersebut secara tidak langsung dapat memicu kenaikan harga barang.
Kelima, selain nilai manfaat bagi masyarakat, informasi harga ini juga menjadi sistem peringatan dini (early warning system) bagi pemerintah jika terdapat anomali harga. Antisipasi maupun upaya penanganan pun dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat. Berkaca pada tren harga pangan, memasuki bulan ramadhan, fluktuasi harga dengan kecenderungan naik dapat terjadi sangat cepat. Tindakan sigap dari otoritas pun sangat diperlukan.
Transparannya informasi pada akhirnya dapat mencegah perang harga yang tidak sehat, yang hal itu sangat rentan terjadi pada masa-masa sensitif (peringatan hari besar keagamaan). Pengawasan pergerakan harga dilakukan secara kolektif oleh semua pihak, antar produsen/ penjual, konsumen, dan pemerintah.
Memanfaatkan Momentum
Menghadapi momentum krusial terjadinya inflasi harga pangan, seluruh amunisi untuk menstabilkan harga perlu dikerahkan. Strategi konvensional (pasar murah, operasi pasar, dll) perlu disinergikan dengan terobosan inovatif seperti pemotongan rantai distribusi dan penyediaan informasi digital.
 Instablilitas harga dapat berdampak signifikan pada perekonomian masyarakat. Inflasi yang mengantar pada ekonomi biaya tinggi tidak terelakkan. Bahan makanan sebagai kontributor utama inflasi tentu memiliki pengaruh besar dalam hal ini.  Â
Momentum hari raya jika dikelola dengan baik selayaknya menjadi periode yang memberikan impak positif bagi produsen dan konsumen. Pada saat tersebut produsen dapat mengoptimalkan volume penjualannya. Begitupun konsumen, kebutuhannya yang tinggi dapat terpenuhi. Namun, perlu digaris bawahi, kewajaran harga harus tetap dikedepankan.
Kenaikan harga menyambut hari nasional keagamaan bukan lagi kejutan. Yang terpenting adalah bagaimana mengawal kestabilannya dan mengurangi fluktuasinya. Sebisa mungkin, harga yang naik dapat kembali normal pasca hari raya, bukan justru menjadi harga dasar yang baru (fenomena ini yang kerap terjadi).
Pemerintah tentu tidak dapat bekerja sendiri dalam hal ini. Dukungan solid dari berbagai pihak, dari produsen, distributor, hingga konsimen untuk turut menjaga harga sangat dibutuhkan. Akhirnya, semoga semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang mewarnai tradisi perayaan hari raya keagamaan mendatang juga tercermin pada upaya bersama menjaga kestabilan harga.
Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon (Milton Friedman, 1963). Â Â Â Â Â Â
Sumber: