Ada perbedaan mengenai nasib teks asli proklamasi tulisan tangan Bung Karno.
Versi pertama adalah teks dibiarkan oleh Sayuti Melik di meja ketik karena terburu-buru yang kemudian diamankan BM Diah.
Sedangkan versi kedua menyebutkan Soekarno membuang teks asli namun dipungut oleh BM Diah.
Versi kedua ini lebih menarik untuk dibahas, mengapa Soekarno membuang teks proklamasi?
JJ Rizal (sejarawan) mengutarakan bahwa Bung Karno ingin memutus segala macam perdebatan dalam proses penyusunan teks. Pada saat penyusunan, ada peran Jepang dalam perdebatan tersebut.
Menurut JJ Rizal, teks dibuang karena Bung Karno ingin menghilangkan dugaan pengaruh Jepang dalam coretan teks atau Sang Proklamator ingin menegaskan bahwa, “Kita sudah selesai dengan segala perdebatan dan kita mengarah pada satu cita-cita bersama”.
5. Bendera Pusaka Bukan dari Kain Sprei
Sempat beredar kabar bahwa Fatmawati menjahit kain bendera warna putih dari kain sprei, warna merahnya dari kain tenda warung soto. Kebenaran cerita tersebut tidak dapat dikonfirmasikan.
Yang jelas, dalam buku 'Catatan Kecil Bersama Bung Karno', Fatmawati menceritakan bahwa kain merah-putih diperoleh dari seorang perwira Jepang yang bernama Chairul Basri.
Chairul sendiri menyerahkan kain itu kepada Fatmawati atas perintah dari orang Jepang bernama Hitoshi Shimizu. Hitoshi mendapatkan kain itu dari sebuah gudang Jepang di kawasan Pintu Air, Jakarta Pusat.
6. Suara Proklamasi Hanya Rekaman
Suara Bung Karno membacakan proklamasi kemerdekaan yang sudah dipublikasikan bukanlah suara asli pada saat Hari Proklamasi. Oscar Motuloh, foto jurnalis Antara, menyatakan bahwa suara tersebut merupakan hasil rekaman yang dibacakan pada saat peresmian RRI.
Fatmawati mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan gaya Bung Karno pada saat membacakan teks pada Hari Proklamasi sebenarnya dengan rekaman.