Membaca artikel Faisal Basri Harga Pangan Terus Menggerogoti Daya Beli, inflasi menjadi kata kunci isu yang diangkat dalam tulisan itu. Inflasi, seringkali kita mendengar kata itu. Pemerintah, pakar ekonomi, pers, hingga politikus kerap mengangkat tema “inflasi” ketika meperbincangkan isu perekonomian. Tapi, apa sih inflasi itu sebenarnya?
Bulan Januari 2015, kita membeli semangkok bakso sapi seharga Rp15.000,00. Setahun kemudian, kita membeli menu yang sama dengan porsi yang sama pula tetapi si penjual menagih dengan harga Rp16.000,00. Terdapat kenaikan harga Rp1.000,00. Si penjual beralasan harga daging sapi beserta bumbu-bumbu untuk adonan bakso menjadi lebih mahal di tahun 2016 ini. Ya, kenaikan itulah merupakan contoh paling sederhana dari dampak inflasi.
Inflasi didefinisikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil perhitungan tersebut diumumkan kepada publik pada awal bulan. Pengukuran inflasi sendiri menggunakan berbagai indikator. Salah satu yang paling sering digunakan yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK ialah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. IHK Indonesia merupakan pembobotan harga dari sekeranjang komoditas barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat di 82 kota. Contoh perhitungan inflasi: berdasarkan pemantauan BPS pada 82 kota terdapat perubahan IHK dari 121,82 pada November 2015 menjadi 122,99 pada Desember 2015, yang artinya terdapat inflasi sebesar 0,96%.
Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran, yaitu: (1) kelompok bahan makanan; (2) kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau; (3) kelompok perumahan; (4) kelompok sandang; (5) kelompok perumahan; (6) kelompok pendidikan dan olahraga; (7) kelompok transportasi dan komunikasi.
Selain berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi juga sering dipantau melalui 3 kelompok berikut:
1. Inflasi komponen inti (core inflation)
komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti: interaksi penawaran-permintaan, lingkungan eksternal (misalnya nilai tukar rupiah); dan ekspektasi inflasi.
2. Inflasi komponen yang harganya diatur oleh pemerintah (administered price)
Inflasi yang terutama dipengaruhi oleh kejutan berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti kenaikan harga BBM bersubsidi, Tarif Dasar Listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
3. Inflasi komponen bergejolak (volatile food)
Inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun internasional. Mengingat komponen inflasi ini masih didominasi bahan makanan maka sering disebut volatile food.
Membaca Inflasi
Angka inflasi dicatat dalam bentuk indeks, bulanan (mtm), tahun ke tahun (yoy) dan tahun kalender (ytd). Inflasi bulanan (mtm) mencerminkan persentase perubahan IHK bulan berjalan terhadap IHK bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi tahun ke tahun (yoy) merupakan persentase perubahan IHK pada bulan berjalan terhadap IHK periode yang sama di tahun sebelumnya. Kemudian untuk inflasi tahun kalender (ytd) adalah persentase perubahan IHK bulan berjalan terhadap IHK bulan Desember pada tahun sebelumnya.
Kondisi Ideal Inflasi
Kondisi ideal inflasi adalah inflasi yang rendah dan stabil. Inflasi yang melebihi batas tertentu secara signifikan dan ketidakstabilannya menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang tinggi berkaitan erat dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam aktivitas perekonomian. Sebaliknya, banyak pendapat yang menyatakan bahwa inflasi yang terlalu rendah mencerminkan kelesuan perekonomian yang ditandai dengan rendahnya daya beli masyarakat. Begitu pula ketidakstabilan inflasi dapat mengakibatkan kesulitan bagi untuk memberikan keputusan bisnis dalam rangka ekspansi (perluasan) atau berproduksi.
Nah, itulah uraian singkat dan mendasar mengenai inflasi. Semoga Kompasianer dapat mengambil manfaatnya guna lebih memahami arah pergerakan ekonomi negeri kita tercinta ini, Indonesia.
Sumber:
- www.bi.go.id
- www.bps.go.id
- Buku Petunjuk TPID
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H