Mungkin bisa jadi, itu kenapa dia terlihat menikmati panggungnya di televisi, sebagai yang tidak jelas keahliannya, kadang disebut ahli filsafat, kadang akademisi, kadang pengamat politik. Hal yang jelas kita amati, saat dia menikmati panggungnya, sebagai entah siapa, isinya selalu itu itu aja, tak berkembang menjadi bab, repetitif, dan cuma caci maki melalui retorika kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!