Mungkin kita pernah mendengar kisah Nabi Muhammad dengan nenek Yahudi. Meski si Nenek Yahudi ini selalu memusuhi Rasul dan menghasut penghuni pasar Madinah untuk membencinya, Rasulullah selalu datang untuk menyuapinya setiap pagi dan sore di sudut pasar tersebut. Nenek yang buta dan sudah tak bergigi lagi tersebut tidak mengetahui bahwa pribadi yang telaten menghaluskan makanan untuk disuapkan kepadanya adalah orang yang dibenci dan dimusuhinya.
Sampai suatu ketika Abu Bakar ingin meniru tindakan Nabi Muhammad tersebut. Namun si Nenek malah marah karena makanan yang disuapkannya itu ternyata masih kasar. Dan dia yakin bahwa yang menyuapinya sekarang tidaklah orang yang biasa menyuapinya. Lalu si Nenek bertanya kemana orang yang biasa menyuapinya gerangan, karena sudah hampir sepekan ia tak datang?.
Sahabat Abu Bakr menangis karena tidak mampu meniru teladan mulia Nabi Muhammad dengan sempurna. Kemudian beliau menjawab bahwa yang biasa menyuapinya adalah Muhammad, orang yang selalu dibenci dan dimusuhinya. Dan beliau tidak lagi datang karena beliau sudah meninggal. Sejak saat itu si Nenek kemudian tersadar dan masuk Islam.
Ini hanyalah satu kisah yang bisa saja kita dapat dalam sejarah Islam hingga hari kita saat ini. Dan tentu saja kita paham bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad maupun sahabat Abu Bakar adalah tindakan kebaikan tanpa pamrih apapun bahkan tidak memaksa si Nenek untuk masuk Islam. Dan kebaikan tersebut dilakukan disertai dengan kesadaran bahwa si nenek Yahudi adalah wanita kafir. Meski berpredikat kafir, Nabi Muhammad maupun Abu Bakar tidak pernah sama sekali membencinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H