Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Murunut Jejak Khazanah Tafsir di Nusantara Abad Modern

8 Desember 2018   06:52 Diperbarui: 8 Desember 2018   07:21 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Tafsir Jami Al-Bayan Min Khulasat Suwar Al-Quran Al-Adzim Karya Muhammad bin Sulaiman bin Zakariya Laweyan Solo || Sumber gambar: Haris Fauzi Photo

Dalam sejarahnya Al-Quran turun dalam bentuk yang utuh dan murni dengan menggunakan bahasa Arab dan penjelasan yang masih bersifat umum. Sehingga ketika Al-Quran ini menyebar luas dan Nabi Muhammad wafat maka para penafsir Al-Quran pun bermunculan untuk memberikan penjelasan secara ilmiah, logis dan runtut bersama sejarahnya. 

Dalam hal Al-Quran, para sahabat Nabi sekalipun, yang secara umum menyaksikan turunnya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosakatanya, tidak jarang berbeda pendapat, atau bahkan keliru dalam pemahaman mereka tentang maksud firman-firman Allah yang mereka dengan atau mereka baca itu

Semua karya tafsir yang pernah dihasilkan ini merupakan karya tafsir yang menjadi bahan rujukan ummat Islam khususnya di Indonesia yang mampu memberikan titik terang tentang isi kandungan Al-Quran. Sehingga rasa ingin tahu masyarakat tentang karya tafsir ini pun semakin berkembang sebagai upaya untuk menambah keilmuan khususnya tentang Al-Quran.

Muhammad bin Sulaiman: Begawan Tafsir Asal Solo di Abad Milenium

Salah satu karya tafsir yang ada di Nusantara adalah Kitab Tafsir Jami Al-Bayan Min Khulasat Suwar Al-Quran Al-Adzim Karya Muhammad bin Sulaiman bin Zakariya Laweyan Solo. Muhammad bin Sulaiman terlahir di Solo pada 14 syawwal 1329 H. Pada waktu kecil sering dipanggil Muhammad Tholhah. 

Ia diajar lansung oleh bapaknya sendiri tentang mengaji Al-Quran, Muhammad ketika berusia 16 tahun diajak bapaknya berangkat ke Tanah Suci pada tahun 1345 H. Mereka sempat bermukim kurang lebih dua tahun di Makkah, ketika disana Muhammad kecil menghafal Al-Quran sampai surat an-Nisa. Pada tahun 1347, Muhammad atas perintah bapaknya pergi menimba ilmu di Pondok Pesantren Tremas yang waktu diasuh oleh Syaikh Dimyathi bin Abdullah Tremas dan mampu menyelesaikan hafalannya selama dua tahun. 

Kemudian di tahun 1348 H meneruskan khataman tabarruk bil ghoib di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dengan Syaikh Munawwir bin Abdillah Rasyad. Iapada tahun yang sama telah mendapatkan ijazah hafalan dari dua pengasuh pondok pesantren.

Ia pernah merasakan aroma di Pondok Pesantren Jombang dan mengikuti kajian Kitab Shahihain dari Syekh Hasyim Asyari pada tahun 1351 H. Kemudian Iaberangkat menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya pada tahun 1352 H. Ketika di Tanah Suci Makkah, Muhammad juga bertemu dengan Mufti Maliki Syaikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki dan meriwayatkan beberapa hadis al-musalsal bil-awwaliyah dari syaikh tersebut. Kemudian Muhammad berangkat menuju Madinah dan bertemu dengan Mufti al-Madinah yang ahli dalam bidang hadis dan syaikh Ibrahim bin Abdul Qadir Barri al-Madani. 

Lalu pada tahun 1353 H, Muhammad berjumpa dengan Sayyid Muhsin bin Abdullah Assegaf, ahli sufi di Solo. Iamengaji Al-Quran kepadanya satu khataman dan meriwayatkan darinya beberapa hadis musalsal bil-awwaliyah, hadis musalsal bil-mushafahah, dan hadis musalsal bil-musyabakah.

Pada tahun 1357 H, Muhammad mempersunting Hj. Saudah, putri dari Ahmad Shafawi Pendiri Pondok Pesantren Al Muayyad Solo dari istri yang pertama. Pernikahan beliau ini dikaruniai 7 orang anak, 1 orang pria dan 6 perempuan. 

Namun pada tanggal 7 september 1991 M, Muhammad berpulang ke Rahmatullah di rumah sakit Solo dan dimakamkan di Makam Pulo, Laweyan, Solo. Muhammad telah menelurkan beberapa karya penulisan yang berkaitan dengan bidang yang beliau tekuni, diantara lain Al-Burhan ala Wahy al-Quran, Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran, Manaqib Imam Syafii, Asmaul Husna dan syarahnya, Keutamaan Al-Qur'an dan Manasik Haji.

Mendakwahkan Diri

Kitab tafsir ini dalam muqadimatnya, Muhammad menyampaikan bahwa dalam menuliskan tafsir untuk sebagai catatan amal dan pengingat bagi pengarang atau fa hadzihi majmuatun min khulashati suwari al-Quran al-Karim jamatuha tadzkiratun li nafsi. Kemudian untuk mempermudah bagi individu mempelajari Al-Quran tanpa susah payah dan lamanya durasi. 

Karena begitu cepatnya perputaran waktu hari ini   untuk mengakomodasi semangat dan antusias untuk mengikuti kandungan ilmu dan hikmah yang terdapat di dalam Al-Quran yang di mana keadaan ini bertolak belakang dengan keadaan masa lampau atau li man arada al-wuqufu  alaiha bi ghairi kibari inai wa thulli waqti waqfan li ashri al-hadir aladzi taqasharat fihii al-hamam an tatabia maa fi hadza al-wahyu al-karim min anwai al-uluum wa al-hikam khilafa maa kaana fii al-waqti al-ghabir.

Sungguh sangat ironis, kitab tafsir Nusantara yang begitu kaya tersingkir di mata para pengkaji. Ini menjadi bukti bahwa upaya mengenalkan produk Kitab Tafsir Nusantara masih begitu minim dan jarang untuk diteliti oleh bangsa Indonesia sendiri. Kita sebagai pengkaji Al-Quran harus melihat peluang untuk lebih gigih nguri- nguri produk lokal tak terkecuali kitab tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran khususnya dan kitab tafsir di Indonesia umumnya.

Kitab Tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran ini kitab tafsir yang penafsirannya lengkap memuat 30 juz dimulai surat al-Fatihah sampai surat al-Nas. Kitab tafsir ini terdiri dari dua juz saja dengan terbitan Pustaka Sirojuth Tholibin Brabo Jawa Tengah. Jikalau kita melihat secara seksama dari judulnya saja, kita bisa putuskan bahwa kitab ini menjelaskan intisari dari ayat ataupun surat al-Quran. 

Muhammad hanya mengambil beberapa pokok pembahasan yang terdapat di dalam suatu ayat-atau beberapa ayat. Sehingga, kitab ini tidaklah kitab tafsir yang menjelaskan penafsiran berbagai ayat al-Quran secara panjang lebar dan berkaitan dengan disiplin keilmuan yang lainnya.

Kitab Tafsir Jami al-Bayan min Khulasat Suwar al-Quran setiap kali masuk bulan ramadhan dibaca oleh KH. Muhammad Shofy Mubarok dan dikaji oleh santri di Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin. Pihak Pondok Sirojuth Tholibin Brabo Jawa Tengah memiliki andil yang begitu besar dalam penulisan dan pengkondifikasian menjadi suatu kitab yang tersusun secara rapi dan tidak terkumpul sebagai kumpulan lembaran yang tercecer. 

Penulisan kitab masih konvensional dan tidak menggunakan mesin komputer untuk memudahkannya. Namun malah  menggunakan tulisan tangan seorang ahli khat untuk menulis penafsiran kitab tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun