Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pusaran Politik Identitas dan Moderasi

6 Desember 2018   16:44 Diperbarui: 6 Desember 2018   17:10 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jikalau kita merujuk Al-Quran melalui ayatnya, kata wasath bertransformasi menjadi memiliki arti tengah. Sebut saja dalam Q. S Al Isra ayat 29 dan  ayat 100. Dari ulasan Rasyid Ridha, kita bisa tarik benang merah bahwa untuk menyelesaikan sebuah polemik, kita dituntut untuk menjadi penengah. Oleh karena itu kita memahami bahwa kata wasath memiliki arti Yang Terbaik, adil dan tengah.

Moderasi mensyaratkan memiliki beberapa unsur penerapannya, yaitu adanya dialog terbuka dari pemilik kepentingan,  adanya Patronase dari segala aspek, dan adanya tuntutan ajaran keagaman yang kritis akan moderasi itu sendiri. Setelah memahami unsur penopangnya, tentu kita menyadari akan konsekuensi yang beraneka ragam sebagai akibat memposisikan diri sebagai pionir bermoderasi.

Pertama, membuka ruang dialog dari para pionir menjadi prasyarat utama. Pemahaman dalam posisi pertengahan, membawa konsekuensi agar tidak ikut hanyut oleh berbagai kepentingan politik praktis. Moderasi mensyaratkan untuk selalu bisa diterima dalam masyarakat arus bawah. Moderasi menjadikan suatu kelompok untuk selalu bersinergi nilai rohani dan jasmani, spiritual dan material dalam segala tindak tanduk kehidupan. 

Sebuah gerakan moderasi mensyaratkan pula untuk tetap terbuka akan semua aspek masyarakat, agama, budaya dan peradaban. Jika sebuah komunitas menutup diri dan terisolasi dari lingkungan bagaimana mereka bisa menjadi pionir untuk menjadi adil.

Kedua, adanya patronase dari segala aspek. Mereka yang beritikad bermoderasi bisa diakses oleh kelompok mana saja dalam sisi yang berbeda. Pada saat itu pula ia menjadi pengemban amanah kebaikan bagi semua lapisan masyarakat. Posisi moderasi dapat menyaksikan kelompok mana pun dan dimana pun ia berada.

Ketiga, adanya tuntutan ajaran keagaman yang kritis akan moderasi itu sendiri. Ajaran yang moderat terbuka atas kritik yang membangun. Kelompok moderat bercirikan pertengahan dalam aspek ketuhann, materi maupun dalam kehidupan itu sendiri. Individu bermoderasi tentu menerima dan menghargai pandangan dan kepercayaan yang beragam sebagai fitrah, enggan memaksakan kehendaknya kepada individu lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun