Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Moderasi dari Begawan Penafsir Mesir Rasyid Ridha

4 Desember 2018   10:35 Diperbarui: 4 Desember 2018   11:12 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Agama Lukman Hakim saat menyampaikan materi di acara Halaqoh Moderasi Kebangsaan. || Sumber gambar: Twitter Kemenag

Tahun silih berganti, namun sekat politik-sosial kian lebar dan diperlebar untuk mengeruk dukungan publik terhadap salah satu pasangan calon. 

Ironisnya isu suku ras dan agama juga dimainkan oleh para buzzer politik mereka, menggiring opini masyarakat untuk mempersekusi dan mendukung kelompok pujaan mereka. Contohnya dengan mempolitisasi simbol-simbol keagamaan, mencampuradukkan emosi masyarakat. 

Semua diatas menjadi bukti bahwa negara dan masyarakat sedang sakit dan harus disembuhkan dengan cepat dan tepat, agar tidak muncul riak konflik horisontal yang merugikan Indonesia sendiri. 

Gerakan Moderasi perlu digagaskan dan diaplikasikan kembali dalam tataran masyarakat dari bawah sampai elit. Moderasi yang mendewasakan dan menyadarkan kewarasan berpikir, agar kemajuan dan perubahan positif bisa diraih bersama.

Moderasi adalah pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman. Ada dua tema besar yang dibahas dalam sebuah kata moderasi, ia berupaya untuk mengurangi tindakan anarkisme yang destruktif dan sebuah usaha untuk meminimalisir kecondongan kanan maupun kiri.

 Memang tidak mudah, mengkonsepsikan secara tuntas sebuah ajaran agama terlebih untuk mentengahkan segala unsur yang membangunnya. Dalam uraiaan berikut, penulis mencoba untuk mendiskripsikan sebuah ajaran dalam agama islam yaitu moderasi.

Dalam Al-Quran di Surat Al-Baqarah ayat 143 merupakan teks keagamaan yang secara ekplist menjelaskan tentang moderasi. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman: Dan demikian Kami telah menjadikan kamu, ummathan washatan agar kamu menjadi syuhada terhadap manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi syahid atas kamu. 

Rasyid, Seorang Begawan Tafsir asal Mesir memberikan ulasan yang menarik terhadap ayat ini. Beliau memberikan dua poin untuk menafsiri ayat ini terkhusus dalam mengomentari kata wasath, poin pertama adalah Sesungguhnya yang menjadi pandangan alternatif bahwa syahid atau saksi harusnya dipilih dari individu yang mengerti atas sesuatu, mereka yang Mutawashittin diantara dua perkara sehingga ia mampu secara gamblang melihat satu sisi dan sisi yang lain secara mendalam. 

Jika ada individu yang di salah satu sisi, maka ia tidak akan mengerti duduk- persoalan dari sisi yang lain, maupun dalam sisi pertengahan.

Poin kedua yang dijelaskan oleh Rasyid Ridha, bahwa dalam lafadz Washat ada sebuah syiar atau  simbol yang memiliki pengaruh, seolah-olah ia menjadi petunjuk atas dirinya. Artinya kaum Muslimin bisa menjadi pionir dan berlaku adil, karena mereka mampu bertmoderasi.

 Asal tidak menjadi golongan yang berlebihan dalam memahami agama. Tidak menjadi golongan yang menjurus dalam keekstreman. Dan demikianlah mereka yang menjadi akidah, akhlaq dan perilaku mereka.

Syahid dalam ayat ini dapat kita artikan sebagai subjek maupun objek kajian, sehingga ia bisa diartikan sebagai yang menyaksikan atau yang disaksikan. Syahid dalam artian yang lebih luas adalah yang disaksikan oleh komunitas lain atau yang disaksikan dalam hal kebaikan. 

Menyaksikan bukti keteladanan dan bentuk tanggung jawab Illahi melalui mekanisme memberikan dosa bagi pengingkar dan pahala bagi mereka yang tunduk. Nabi dan Rasul menjadi syahid akan kemurahan Allah bagi manusia. Komunitas bisa menjadi saksi atau disaksikan untuk menjadi panutan bagi komunitas lain.

Semisal komunitas Muslim menjadi salah satu roll model dalam bermoderasi dan Nabi Muhammad menjadi tokoh bermoderasi dalam pembenaran bagi semua aktivitas moderasinya  

Jikalau kita merujuk Al-Quran melalui ayatnya, kata wasath bertransformasi menjadi memiliki arti tengah. Sebut saja dalam Q. S Al Isra ayat 29 dan  ayat 100. 

Dari ulasan Rasyid Ridha, kita bisa tarik benang merah bahwa untuk menyelesaikan sebuah polemik, kita dituntut untuk menjadi penengah. Oleh karena itu kita memahami bahwa kata wasath memiliki arti Yang Terbaik, adil dan Tengah.

Moderasi mensyaratkan memiliki beberapa unsur penerapannya, yaitu adanya dialog terbuka dari pemilik kepentingan,  adanya Patronase dari segala aspek, dan adanya tuntutan ajaran keagaman yang kritis akan moderasi itu sendiri. 

Setelah memahami unsur penopangnya, tentu kita menyadari akan konsekuensi yang beraneka ragam sebagai akibat memposisikan diri sebagai pionir bermoderasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun