Tahun silih berganti, namun sekat politik-sosial kian lebar dan diperlebar untuk mengeruk dukungan publik terhadap salah satu pasangan calon.Â
Ironisnya isu suku ras dan agama juga dimainkan oleh para buzzer politik mereka, menggiring opini masyarakat untuk mempersekusi dan mendukung kelompok pujaan mereka. Contohnya dengan mempolitisasi simbol-simbol keagamaan, mencampuradukkan emosi masyarakat.Â
Semua diatas menjadi bukti bahwa negara dan masyarakat sedang sakit dan harus disembuhkan dengan cepat dan tepat, agar tidak muncul riak konflik horisontal yang merugikan Indonesia sendiri.Â
Gerakan Moderasi perlu digagaskan dan diaplikasikan kembali dalam tataran masyarakat dari bawah sampai elit. Moderasi yang mendewasakan dan menyadarkan kewarasan berpikir, agar kemajuan dan perubahan positif bisa diraih bersama.
Moderasi adalah pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman. Ada dua tema besar yang dibahas dalam sebuah kata moderasi, ia berupaya untuk mengurangi tindakan anarkisme yang destruktif dan sebuah usaha untuk meminimalisir kecondongan kanan maupun kiri.
 Memang tidak mudah, mengkonsepsikan secara tuntas sebuah ajaran agama terlebih untuk mentengahkan segala unsur yang membangunnya. Dalam uraiaan berikut, penulis mencoba untuk mendiskripsikan sebuah ajaran dalam agama islam yaitu moderasi.
Dalam Al-Quran di Surat Al-Baqarah ayat 143 merupakan teks keagamaan yang secara ekplist menjelaskan tentang moderasi. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman: Dan demikian Kami telah menjadikan kamu, ummathan washatan agar kamu menjadi syuhada terhadap manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi syahid atas kamu.Â
Rasyid, Seorang Begawan Tafsir asal Mesir memberikan ulasan yang menarik terhadap ayat ini. Beliau memberikan dua poin untuk menafsiri ayat ini terkhusus dalam mengomentari kata wasath, poin pertama adalah Sesungguhnya yang menjadi pandangan alternatif bahwa syahid atau saksi harusnya dipilih dari individu yang mengerti atas sesuatu, mereka yang Mutawashittin diantara dua perkara sehingga ia mampu secara gamblang melihat satu sisi dan sisi yang lain secara mendalam.Â
Jika ada individu yang di salah satu sisi, maka ia tidak akan mengerti duduk- persoalan dari sisi yang lain, maupun dalam sisi pertengahan.
Poin kedua yang dijelaskan oleh Rasyid Ridha, bahwa dalam lafadz Washat ada sebuah syiar atau  simbol yang memiliki pengaruh, seolah-olah ia menjadi petunjuk atas dirinya. Artinya kaum Muslimin bisa menjadi pionir dan berlaku adil, karena mereka mampu bertmoderasi.