Kepemimpinan memang menjadi isu paling urgen tiap kali proses pemilihan umum terjadi, tak terkecuali di Indonesia akhir-akhir ini. Isu tentang kepemimpinan selalu mendaptkan tempat di hati masyarakat, selalu menjadi isu yang tidak pernah padam.Â
Di tangan seorang pemimpin segala kebijakan dan arah bangsa kita ke depan ditampukkan. Mungkin karena itulah, berbondong orang mendampuk dirinya sendri menjadi pemimpin, semisal sudah menjadi bos media massa masih saja mendirikan partai sendiri dimana lagu mars partai diulang ratusan kali di media massa yang ia pimpin.
Salah seorang pemimpin besar kelas dunia yang perlu kita ambil teladan adalah Mahatma Gandhi (1869-1948), pemimpin revolusi India. Gandhi dianggap masalah bagi pemerintahan Inggris karena dasar pergerakannya selalu berseberangan dengan kolonial. Bagi bangsanya, Gandhi dikenal sebagai guru yang bijak selain pemimpin yang arif. Karena itulah ia diberi predikat Mahatma yang artinya jiwa agung. Â
Gandhi terlahir dengan nama Mohandas Karamchand Gandhi di negara bagian Gujarat, India pada 2 Oktober 1869. Keluarga Gandhi adalah penganut Hindu yang cukup konservatif.Â
Pada saat remaja ia dikirim oleh keluarganya untuk mengenyam pendidikan di sebuah universitas di Inggris. Setelah lulus, dan ia menjadi pengacara, Gandhi pergi ke Afrika Selatan yang pada saat itu masih menjadi koloni Inggris.
Kehidupan di Afrika Selatan ini membuat Gandhi tersadar akan ketimpangan antara pribumi dan pendatang yang kolonial. Di negeri ini Gandhi mengalami diskriminasi ras yang dikenal dengan apartheid. Karena itulah, di masa-masa ini Gandhi mengalami permenungan dan akhirnya memilih kembali ke tanah airnya karena alasan itu. Gandhi ingin mengabdikan dirinya untuk membebaskan tanah airnya dari kolonialisme Inggris.
Keluar dari Zona Aman
Meskipun menjalani kehidupan yang cukup mapan dan terpandang di Afrika Selatan, tetapi Gandhi memilih untuk kembali ke India, tanah kelahirannya.Â
Gandhi kembali ke negeri yang kini dikenal dengan film bollywoodnya itu setelah selesai perang dunia pertama atau tepatnya tahun 1917. "Terimakasih atas penyambutan ini semua," pidato singkat Gandhi setelah turun dari kapal disambut oleh para pendukungnya.