Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pemimpin Itu Pengembala, Bukan Orator

8 Agustus 2018   14:11 Diperbarui: 8 Agustus 2018   14:15 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memimpin itu ibarat menggembala, mereka akan merasa senang ketika melihat orang orang yang dipimpinnya gembira sebab kebutuhannya terpenuhi, namun sekarang hanya sedikit pemimpin yang bertipe menggembala.

Pemimpin, sebuah entitas yang mengayomi, melindungi, dan memberi ketentraman bagi masyarakat yang dipimpinnya. Bukanlah ia yang memeras atau meraup untung dari amanat yag telah diberikan kepadanya. Kepemimpinan bukanlah hanya berkaitan dengan orang lain namunjuga bagi diri sendiri. Jikalau ia belum mengatur dirinya sendiri bagaimana ia mengatur orang banyak, jikalau belum bisa mengendalikan amarahnya bagaimana ia meredakan konflik yang ada di sekeliling.

Pemimpin yang baik adalah mereka yang bekerja keras, mereka menyelesaikan tugasnya dengan tuntas. Tidak akan pernah mengabaikan apa itu namanya tanggung jawab. Kebiasan seperti ini tentunya akan banyak yang menyayanginya, jujur saya lebih suka orang siapa yang mau bekerja apalagi ketika berbarengan dengan ikhasnya hati. Sebenarnya apakah ada hubungan antara mengembala dengan memimpin?  

Jawabannya ada, mengembala ternak adalah ibarat mengatur negara kecil dimana dalam kecilpun akan menemukan karakter yang berbeda. Jika seorang pemimpin mau berpikir dengan logika pengembala, maka setiap waktu adalah bagaimana agar supaya ternaknya mendapatkan rumput yang lebat, subur, dan bisa mengenyangkan.

Seorang akan meras suksesa jikalau ternaknya bisa makan dengan baik, sekalipun dirinya tidak makan. Bagai seorang pengembala yang dipikirkan adalah ternaknya, bukan malah membuat diri sendiri kenyang apalagi malah merebut hak yang bukan milik sendiri. Mereka akan selalu bekerja keras bahkan kadang mereka akan melupakan diri sendiri.

Seorang penggembala akan merasa senang jikalau ternak yang ia gembalakan tampak kenyang. Hal tersebut tampak dari perutnya yang besar dan ternak yang kenyang akan tidak rewel. 

Binatag pada umumnya akan rewel dan gelisah ketika sedang lapar dan musim kawin. Jikalau nafsu tidak ada, maka binatang akan cenderung tenang. Melihat hal yang seperti ini, seorang penggembala akan merasa senang dan bahagia serta batinnya akan puas. Maka tentu setiap penggembala akan berusaha untuk membuat ternak tersebut kenyang dan tenang.

Walaupun seorang penggembala tidak pernah mengenyam pendidikan yang tinggi atau pernah namun berpendidikan yang rendah, penggembala akan mengerti apa yang harus dilakukan dan sesuatu yang harus ditinggalkan. Selain itu, mereka akan mengerti akan indikator dan kriteria penggembala yang baik dan berhasil. Mereka tidak akan pernah cemburu terhadap kenikmatan yang dinikmati oleh hewannya. Dan mereka tidak akan berebut makanan dengan ternak yang dipelihara.

Seorang pemimpin termanifestasikan di dalam diri mereka jiwa dan semangat yang didapatkan dari kejadian tiap kejadian yang dialami ibarat seorang penggembala. Pemimpin akan merasa jika melihat orang lain merasa bahagia terhadap apa yang bisa mereka berikan. Berdasarkan pengalaman sendiri bahwa akan ada rasa yang begitu mendalam ketika orang lain berbahagia dibanding ketika sendiri yang mendapatkan dari otang lain.

Pengalaman seorang penggembala akan terasa berharga sehingga ada sebuah riwayat dari Nabi Muhammad dimana beliiau pada masa kecilnya pernah menggembala kambing. 

Dari cerita tadi, aku bisa membayangkan jikalau pada tingkatan apa saja, dalam menjalankan dan manunaikan kewajiban sebagai pemimpin bermental sebagai seorang penggembala yang baik. Pemimpin yang  baik akan bahagia jikalau melihat orang orang yang dipimpimnya merasa bahagia karena hak mereka terpenuhi. Namun sayang seribu sayang, pemimpin bermental seorang penggembala memah sulit dan jarang kita temukan sekarang.

Komunikasi Pemimpin

Selain seorang pemimpin bermental sebagaimana penggembala, mereka juga harus memiliki cara berkomunikasi yang baik. Tentu kita bisa memilih berbagai cara bagaimana berkomunikasi agar usaha bisa berhasil.

Namun secara garis besar, hal yang begitu urgen dipertimbangkan agar komunikasi sukses adalah bahwa setiap orang memerlukan pendapatnya untuk didengarkan, hasil karya mereka dihargai, dimengerti, diakui, disapa, dan mungkin kita bisa membantu masalah yang dihadapinya. Bukan bermaksud untuk ikut campur permasalahan orang lain.

Kunci sukses dari sebuah organisasi adalah bagaimana seorang mengatur dan tentu pribadi dari pemimpin tadi. Sedangkan pemimpin yang sukses adalah mereka yang mampun menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi yang baik menuntut menghasilkan daya produktif, melahirkan etos, semangat, cita, gerakan maju, tanggung jawab, kemauan bekerjasama, dan segala yang meliputinya. Maka, jadilah pemimpin yang menggembalakan rakyatnya dan komunikatif. Allahuma Amiin.

Pemimpin Madani

Inti  pemilu adalah memilih pemimpin. Jika pemimpin  itu baik maka kebijakannya juga pasti baik. Dalam memilih wakil-wakil rakyat  yang  mengemban amanat  selama 5 Tahun kedepan, rakyat menaruh begitu banyak harapan dalam pemilu. Mereka  menginginkan pemimpin yang benar benar memimpin bukan hanya  bermimpi di siang hari.

Pemimpin madani adalah pemimpin yang mampu mengayomi berbagai  kepentingan rakyat dan punya integritas yang kuat.  Indonesia  tidak terdiri  dari rakyat yang  homogenistik tetapi  multikultural, dari sinilah arti penting  sebuah  integritas kepemimpinan. 

Pemimpin madani  juga harus sadar bahwa mereka  dipiih bukan untuk memperkaya diri  apalagi memntingkan kelompaknya, tetapi mereka  berada  di kursi anggota dewan untuk memperjuangkan  hak rakyat.

Masyarakat Indonesia sudah kenyang dengan bualan janji yang melangit. Mereka menginginkan realisasi  dan tindakan yang nyata. Pemimpin ideal bertindak dan memutuskan langkah yang pro rakyat, memperjuangkan kesejahteraan  serta persamaan kedudukan di mata hukum.

Oleh karena itu, kita sebagai  rakyat harus selektif memilih, tidak tertipu oleh politik uang apalagi tidak menyalurkan hak suara. Begitu ironis memang jika kita menyerahkan kepeminpinan negara kepada orang yang apatis dan acuh tak acuh  dengan kondisi negara. Pejabat adalah cerminan dari negara itu sendiri,maka  jadilah pemilih dan pemimpin yang cerdas dan bijak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun