Mohon tunggu...
Ahmad Haris Ilhamsyah
Ahmad Haris Ilhamsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Warga sipil.

Sehari-hari mengamati desain baliho, mencatat, dan memvisualisasi informasi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Memahami Pembelajaran Bahasa Kedua bagi Anak dan Orang Dewasa

24 Desember 2024   07:16 Diperbarui: 24 Desember 2024   07:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Joshua Hoehne on Unsplash.

Bahasa adalah sebuah alat untuk melaksanakan komunikasi yang bersifat arbitrer serta konvensional. Dalam konteks linguistik terdapat pembagian jenis dari bahasa itu sendiri. Bahasa terbagi menjadi bahasa pertama dan bahasa kedua. Dalam komunikasi lisan maupun tulisan, kedua jenis bahasa tersebut memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda juga memiliki faktor-faktor pemerolehan yang berbeda. Yang menjadi pembeda dari dua bahasa ini adalah terkait dengan bagaimana penyebutan bahasa yang pertama dan bahasa kedua bisa ada.

Bahasa kedua hanya bisa diperoleh setelah seseorang memperoleh bahasa pertama. Namun, terdapat perbedaan pada proses pemerolehan keduanya, yang mana dalam bahasa pertama diperoleh melalu proses pemerolehan, sedangkan bahasa kedua diperoleh melalui proses pembelajaran (Steinberg, 2001).

Bisa dibedakan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dapat diperoleh melalui pemerolehan yang sifatnya alamiah atau tidak sadar, maka pemerolehan bahasa kedua dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal yang tentu saja bersifat sengaja dan sadar. Bisa dibayangkan bahwa pembelajaran  bahasa kedua ini melibatkan peran luar personalia yang mempelajari bahasa kedua. Seperti jenis lingkungan formal atau informal, ataupun faktor dari lingkungan yang bisa dikatakan suportif untuk mempelajari bahasa kedua.

Secara psikologis, orang dewasa memiliki peluang untuk menguasai bahasa kedua. Jika menggunakan metode kelas, pembelajar sebagai siswa memiliki implikasi yang berbeda bagi anak maupun bagi orang tua. Hal ini dikarenakan orang dewasa tidak bisa diperlakukan dengan perlakuan yang sama seperti anak-anak didik biasa. Orang dewasa merupakan pribadi yang memiliki konsep diri yang matang, berbuat dengan bergantung dengan kebutuhan sebagai faktor yang utama.

Ketika orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk menjadi diri mereka sendiri, mereka merasa  tertekan dan  tidak bahagia. Di sisi lain, fakta ini menuntut perlunya rencana pengembangan pendidikan bagi anak-anak dan orang dewasa dalam mempelajari bahasa kedua. Tulisan ini akan fokus pada pembahasan tentang bagaimana strategi seorang anak dan orang dewasa dalam mempelajari bahasa kedua. Pembahasan secara praksis dan praktik ini mengarah pada aspek formal yaitu metode tindakan kelas untuk mengetahui strategi pembelajaran bahasa kedua.

Teori Pemerolehan Bahasa Kedua

Teori pembelajaran bahasa kedua berasal dari dunia Barat dan bahasa kedua yang terkait dengan teori ini adalah bahasa Inggris. Untuk dapat menerapkan teori, kita harus lebih bijak, bahkan jika memungkinkan untuk membuat teori berdasarkan pengalaman kita. Dalam hal ini, bahasa kedua  adalah bahasa Inggris yang  banyak dibicarakan.

Padahal, pembelajaran selalu terikat dengan guru, kurikulum, alokasi waktu, dan lain hal. Sedangkan pemerolehan bahasa ibu semua ini tidak ada. Fakta lain bahwa ketika anak memperoleh bahasa pertama, anak mulai dari awal, sementara belajar bahasa kedua, pembelajar sudah memiliki bahasa itu.

Meninjau kembali dalam pemerolehan bahasa pertama, perlu dipahami bahwa seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bisa berbahasa secara baik. Ada proses yang berlangsung selama masuknya kaidah-kaidah kebahasaan yang pada setiap tahapnya akan terus mendekati bagaimana orang dewasa berbahasa.

Dalam teori behaviroristik dijelaskan bahwa seorang anak membutuhkan sesuatu yang mampu memberinya stimulus untuk bisa berbahasa, entah itu dari orang tua, keluarga, atau lingkungan di sekilingnya. Dari poin ini bisa diambil bahwa sudah terdapat peranan caretaker yang membantu seorang anak untuk memperoses komponen-komponen kebahasaan.

Model pengkondisian operan adalah teori pemerolehan bahasa dari teori behavioris yang dikembangkan oleh B.F Skinner dalam bukunya yang dirilis sekitar tahun 1957 berjudul "Verbal Behavior". Model ini merupakan pengembangan lanjutan dari teori belajar pengondisian operan dalam psikologi behavioris yang didasari oleh filsafat empiris dan linguistik struktural Amerika yang beranggapan bahwa bahasa merupakan hasil stimulus--respon antara pembicara dan pendengar.

Dalam pandangan psikologi behavioris, perilaku nyata adalah yang dapat diindra, dapat diukur dan dapat dilukiskan secara pasti serta dapat diramalkan. Perilaku nyata ini diperlakukan sebagai hasil belajar.

Skinner mengatakan bahwa salah satu dari perilaku nyata itu adalah perilaku verbal. Menurut psikologi behavioris, perilaku manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama faktor lingkungan yang berperan penting dalam mengendalikan perilaku manusia, dan bukan faktor dari dalam diri manusia yang (dikategorikan dalam faktor internal) terutama faktor kejiwaannya.

Model pengondisian operan ini berpandangan bahwa manusia sebagai pembelajar bersifat pasif dan reaktif, karenanya ia terikat pada stimulus dan penekanan dari luar untuk dapat berperilaku. Dalam hal ini stimulus dan penekanan selalu datang dari orang lain. Demikian pula perilaku verbal manusia ditekankan (reinforced) melalui perantaraan orang lain. Faktor-faktor seperti kreatifitas, inovasi, motivasi, inisiatif dan faktor kejiwaan lainnya disebutkan bukanlah faktor pendorong utama dalam pemerolehan bahasa.

Teori pemerolehan bahasa model pengondisian operan menekankan pada stimulus, respond dan penekanan. Menurut teori model ini, bahwa proses pemerolehan bahasa mengikuti dan bergantung pada proses bekerjanya stimulus--respon--penekanan. Hasil pemerolehan bahasa juga bergantung pada bagaimana bekerjanya jaringan stimulus--respon--penekanan tersebut.

Strategi Pembelajaran Kedua Pada Anak

Pada faktanya, anak-anak mampu memperoses bahasa  kedua lebih baik atau setidaknya lebih cepat dari pada orang dewasa, karena kapabilitas anak  untuk mengucapkan bahasa kedua dengan aksen yang benar terjadi pada sekitar usia dua atau tiga tahun. Pada setelah usia sekitar 10 sampai 12 tahun malah terjadi penurunan tajam perihal kemampuan memperoses bahasa baru mereka. Pada hakikatnya, proses kognitif dan kebahasaan dalam kemampuan bahasa kedua bagi anak-anak memiliki kesamaan dengan strategi yang digunakannya dengan kemampuan bahasa pertama (Simanjuntak, 1987).

Tentu saja ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua. Merujuk pada Danny Steinberg (1999:203), terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua, yaitu faktor psikologis dan faktor sosial. Berdasarkan faktor psikologis, ada pengolahan intelektual yang terlibat dalam penentuan struktur dan aturan tata bahasa.

Pada faktor sosial sendiri terbagi menjadi dua situasi, yaitu situasi alami dan situasi kelas.  Mengingat kematangan peserta didik, orang dewasa dianggap lebih baik daripada anak-anak dalam menghadapi situasi kelas.

Tapi, mengingat anak-anak dicirikan sebagai personal yang berusia antara 1 sampai 12, pendidik dapat mengatasi masalah tersebut melalui pengelolaan kelas yang ditujukan untuk mendukung perkembangan psikologis mereka. Kita bisa membuat kelas yang kondusif bagi anak-anak melalui berbagai metode yang dapat mengakomodasi situasi tertentu dalam proses mengajar.

Anak-anak tidak bisa menjalani proses pembelajaran dengan sendirinya tanpa adanya faktor eksternal dari pendidik juga lingkungannya. Maka diperlukan stimulus dari luar untuk membangun kondisi peserta didik yang kondusif dalam proses pembelajaran.

Dengan menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran maka potensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akan semakin efektif. Pengelolaan kelas melalui metode-metode yang disesuaikan dengan kebutuhan anak juga sangat membantu proses terjadinya pembelajaran yang efektif. 

Strategi Pembelajaran Bahasa Kedua pada Orang Dewasa

Melanjutkan faktor yang dijelaskan oleh Steinberg, Orang dewasa akan lebih maksimal dalam menyerap bahasa kedua melalui faktor sosial dengan situasi kelas.  Ditambahkan oleh Kapur (2018), pembelajaran orang dewasa  adalah melibatkan seluruh bentuk proses pendidikan, entah itu berkenaan dengan isi, level, atau metode, baik formal atau sebaliknya, melanjutkan pendidikan sebelumnya atau mengubah pendidikan awal dengan mengikuti pendidikan di sekolah, sekolah tinggi (colleges), dan universitas, atau mengikuti kegiatan magang (apprenticeship).

Pendidikan orang dewasa juga bisa dikatakan sebagai suatu proses belajar yang sistematis dan berkelanjutan pada pembelajar dewasa yang bertujuan untuk mencapai perubahan pada pengetahuan terkait sikap, nilai, dan keterampilan (Larjanko, 2016).

Ciri-ciri pendidikan orang dewasa ditandai dengan proses belajarnya yang bersifat mengarahkan diri sendiri, yang dimana orientasi untuk memecahkan masalah lebih mereka sukai, dan lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran daipada menjadi pasif. (Bryson, 2013). Orang dewasa juga menyukai pembelajaran secara kolaboratif (collaborative learning), dan selalu memanfaatkan pengalaman yang dimilikinya sebagai bekal mengelaborasikan data yang didapat saat pada saat proses pembelajaran.

Orang dewasa juga akan lebih bisa menyesuaikan situasi juga terbuka dalam menerima pembelajaran. Pada pola berkomunikasi terhadap peserta didik dewasa, pendidik sebagai pihak yang menfasilitasi proses pembelajaran harus membuka kegiatan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, memahami dan memperhatikan keadaan peserta didik.

Pendidik sebagai fasilitator harus menghindari mensiasati dan mengatur pembicaraan agar tidak bersifat mengadili dalam memberikan feedback, dan mesti terbuka untuk membantu pengembangan sikap positif pembelajar (Calvert, 2020). Akan lebih baik bagi pendidik untuk menunjukkan sikap yang antusias dalam bertukar pikiran dan menggunakan pilihan kata yang menunjukkan kesetaraan dengan pembelajar orang dewasa.

Dalam menimplementasikan metode pembelajaran untuk orang dewasa, pendidik bisa  memulainya  dengan membangun bonding antar peserta didik dengan pendidik. Pendidik juga disarankan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan hambatan yang mungkin bisa terjadi dalam proses pembelajaran. Dengan menganalisa pra proses serta saat proses pembelajaran dilaksanakan maka akan ada hasil yang bisa digunakan sebagai acuan langkah berikutnya dalam proses menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

Tak kalah pentingnya bagi pendidik untuk melibatkan pembelajar dewasa agar ikut merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Terlibatnya pembelajar dewasa ini bertujuan untuk membantu peserta didik dewasa dalam menyusun dan menetapkan tujuan pembelajaran mereka. Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan dengan hasil analisa kebutuhan belajar, sumber-sumber dan berpotensi untuk hambatan dalam pembelajaran. Selain itu, pembelajar orang dewasa juga perlu diikutsertakan dalam mengevaluasi proses, hasil, dan pengaruh pembelajaran.

Pembelajaran bahasa kedua bagi anak dan orang dewasa secara garis besar mempunyai banyak kesamaan, yaitu perlunya stimulus dan respon yang bisa menjadi dasar dari proses pembelajaran. Perbedaan mendasar yang ada pada kedua jenis pembelajar tersebut adalah jenis pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran pada anak perlu memperhatikan kondusifitas psikologi anak agar tetap bisa mengikuti proses pembelajaran yang sesuai yaitu pembawaan yang ringan dan menyenangkan. Disisi lain, pembelajar orang dewasa memerlukan kondisi kelas yang lebih berorientasi pada keterlibatan siswa dalam menyusun data atau informasi yang bertujuan untuk membangun intelek siswa tersebut.

Tulisan disadur dari makalah mata kuliah Linguistik milik penulis, 7 Januari 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun