"Seriusan?" Sahaya gak percaya.
Tanpa menjawab pertanyaan Sahaya, Maskawin mengeluarkan secarik kertas dari kantong kemejanya. Kemudian, dia membacakan sebuah puisi.
"Di tengah dinginnya malam.
Aku membayangkan wajahmu yang ayu.
Jiwa ini seketika porak-poranda.
Teringat engkau yang telah ada yang punya.
Namun aku di sini tetap setia.
Setia menunggu cinta.
Bahkan sampai aku mati dan masuk surga."
"Wueks, jijik banget kata-katanya!" Gue mendadak mual.
"Sumpah, puisi lo bikin eneg!" kata Bodrek jujur.
"Gue sebagai cewek, kalau dibacain puisi macam itu sama cowok, gue bakal benci banget sama tuh cowok. Seganteng apapun dia," komentar Sahaya.
"Puisi lo parah banget, Boi," cela Rintang.
Maskawin malah ketawa. Phsyco nih anak! Udah bikin anak satu kelas mual-mual, eh, malah gembira ria begitu.
"Lihat tuh si Achong!" Maskawin menunjuk ke arah Achong.
Kepala Achong masuk ke dalam ember. Dia muntah-muntah hebat. Lancar banget muntahnya. Makanan yang kemaren dia makan, keluar semua.
Kami semua terpana dengan bakat Maskawin. Hanya dengan membacakan puisi, dia bisa menyembuhkan orang yang masuk angin.