Mohon tunggu...
Hari Supriono
Hari Supriono Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Politeknik Statistika STIS

Seorang ASN yang sedang tugas belajar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Garam Madura, Antara Takdir dan Pelestarian Warisan Leluhur

2 Oktober 2019   08:22 Diperbarui: 2 Oktober 2019   08:29 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Melimpahnya Produksi Garam Madura
Pulau Madura memiliki luas 4.292 Km2 terdiri dari 4 Kabupaten yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Di setiap kabupaten tersebut memiliki wilayah/ladang penghasil garam. 

Ladang garam ini tersebar di sepanjang pantai bagian selatan Pulau Madura dengan luas mencapai 15.000 Ha. Pada zaman pendudukan Hindia Belanda, wilayah ini disebut zoutlanden. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pamekasan, luas lahan tambak garam di Pamekasan pada tahun 2018 adalah  913,5 Ha mampu berproduksi  sebesar 128.246 ton dan rata-rata produksi 140 ton per Ha.  

Berdasarkan data yang ada, lahan garam di Pamekasan adalah yang paling kecil dibanding lahan garam di Kabupaten Sampang dan Sumenep. Namun lahan tambak garam di Pamekasan jauh lebih luas dibandingkan lahan garam di Bangkalan yang hanya 136,2 Ha dan mampu menghasilkan garam 3.352 ton. 

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep luas areal garam di Sumenep pada tahun 2018 adalah 1.460 Ha dengan produksi sebesar 236.887 ton. Sedangkan luas area penggaraman di Sampang berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Sampang yakni 2.814 Ha dan pada tahun 2018 berproduksi sebesar 346.666 ton.

Dibanding tahun 2017, produksi garam Madura tahun 2018 meningkat sangat  signifikan. Yakni dari 218.000 ton di 2017 menjadi 711.799 ton pada tahun 2018. Peningkatan besar ini salah satunya disebabkan oleh musim kemarau yang lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. 

Pada tahun 2017 terjadi musim kemarau basah yaitu masih seringnya terjadi hujan meskipun sudah memasuki musim kemarau, sehingga produksi garam menjadi tidak maksimal.

Serapan Tenaga Kerja
Kegiatan pengolahan air laut menjadi garam sudah dilakukan oleh masyarakat Madura selama ratusan tahun. Selain luas area tambak dan produksi garam yang telah disebutkan sebelumnya,  usaha garam ini tentunya juga menyerap tenaga kerja. 

Dari data BPS, jumlah petambak garam tahun 2018 sebanyak 1.461 berada di Kabupaten Pamekasan dan 3.222 orang di Kabupaten Sumenep. Sedangkan jumlah petambak garam di Sampang menurut data Dinas Perikanan Kabupaten Sampang ada sebanyak 2.021 petambak. Walaupun serapan tenaga kerja tidak sebesar sector pertanian, namun usaha garam ini perlu mendapatkan perhatian juga dari pemerintah. 

Agar para petambak ini bisa meningkatkan kesejahteraan hidup dan tetap beraktivitas memproduksi garam, tidak perlu beralih pekerjaan atau melakukan migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan yang justru bisa menambah masalah baru dikemudian hari.

Murahnya Harga Garam Madura
Permasalahan yang terjadi di dunia pergaraman dari tahun ke tahun tetaplah sama, yaitu rendahnya harga garam di tingkat petambak. Di Madura, harga garam rakyat kualitas unggul (KW I) dihargai Rp 600 per kg, untuk jenis KW II Rp 500 per kg, dan garam jenis KW III berada di harga Rp 400 per kg. Murahnya harga garam di tingkat petambak salah satu penyebabnya adalah garam impor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun