Namun, jika isi khotbah diberi perhatian serius, dipersiapkan dengan "matang," namun mengabaikan teknik khotbah, maka akan melahirkan khotbah yang membosankan.Â
Persoalan dari khotbah yang membosankan adalah pesannya tidak benar-benar mendarat ke hati pendengar.Â
Maka, pilihannya, adalah---keseimbangan. Maksudnya, sang pengkhotbah mesti memberi perhatian pada isi khotbah dan teknik berkhotbah.Â
Tidak boleh dominan pada salah satunya. Khotbah yang hanya memerhatikan aspek teknikal hanya sampai pada merangsang psikis atau emosi pendengar.Â
Namun tidak sampai pada 'kognitif' pendengar. Pengertiannya tentang Allah dangkal. Ini persoalan. Maka, suka atau tidak suka, seorang pengkhotbah tidak boleh tidak harus terus mengembangkan muatan khotbahnya dengan terus belajar.Â
Satu ketika, John Wesley pernah menasehati para pendeta mudah dibawah kepemimpinannya bahwa "Anda belajar atau berhenti melayani?"Â
Untuk itu, saya mendorong para pengkhotbah untuk terus meng-"upgrade" diri dengan disiplin belajar sehingga melahirkan khotbah yang tidak monoton, namun tetap relevan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H