Mohon tunggu...
Haris Boritnaban
Haris Boritnaban Mohon Tunggu... Penulis - Pelayan

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memahami Pentingnya Teknik Khotbah dalam Era Digital: Menyampaikan Pesan dengan Efektif

13 Juni 2024   21:49 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:14 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pengulangan ide atau gagasan terus menerus menunjukan seseorang "stagnan" dalam pikiran---mentok.

Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan berlanjut, maka para pendengar akan cenderung jenuh. Sama halnya dengan makanan. 

Kalau disodorkan menu makanan yang sama terus-menerus, maka pasti akan membosankan. Untuk itu, pengembangan pikiran sangat penting.

Dalam konteks berkhotbah, jika kondisi tersebut terjadi di gereja Anda, maka pendengar khotbah akan lebih cenderung mencari atau mendengar pengkhotbah yang notabene "inovatif."

Beberapa kenalan, berkeluh: saya sudah bosan dengan khotbah yang "monoton." Bahkan, mereka cenderung mendengar "pengkhotbah youtube," karena menurut mereka, pesan kebenarannya lebih relevan dan kontekstual.

Dalam bukunya 7 langkah menyusun khotbah ekspositori, Beny Solihin mengatakan bahwa "khotbah yang baik, tidak hanya terkait bobot (isi) khotbah, tetapi juga teknik khotbah."

Itulah sebabnya, meramu materi khotbah yang baik, perlu diseimbangkan dengan teknik khotbah yang baik. 

Dua-duanya penting. Jika, isinya khotbah kurang diberi perhatian serius, atau asal-asalan dipersiapkan, maka akan melahirkan khotbah yang dangkal atau menyesatkan. 

Pertanyaan sekarang, apa indikator isi khotbah yang baik itu? Isi khotbah yang biasanya memerhatikan prinsip menafsir secara ketat. 

Hal ini penting sekali dalam menyusun khotbah. Jika seorang pengkhotbah tidak memahami prinsip menafsir dengan baik, maka pasti isi khotbahnya dangkal. Tidak memiliki bobot. 

Jika khotbah dangkal, maka akan berpengaruh kepada kualitas kerohanian pendengar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun