Mohon tunggu...
Hari Prasetya
Hari Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge Seeker

Mengais ilmu dan berbagi perenungan seputar perbankan, keuangan, dan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Bail-out, Bail-in, dan CoCos"

9 Maret 2018   06:19 Diperbarui: 9 Maret 2018   07:36 4027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya risiko terkonversi menjadi modal, CoCos memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dibanding dengan surat utang biasa (bail-in risk premium). Semakin tinggi tingkat pemicunya, semakin besar pula imbal hasil yang diminta kreditur/investor CoCos tersebut, karena probabilitas terkonversinya semakin besar. Meski mahal, CoCos memiliki kelebihan karena dicatat bank sebagai utang sehingga bunga yang dibayar termasuk tax deductible. Bank juga tidak membayar deviden sebagaimana dalam penerbitan saham biasa.

Mekanisme Bail-In

Apabila konversi CoCos dan pelaksanaan recovery plan tidak efektif menyelesaikan permasalahan bank dan kondisi bank semakin memburuk hingga mencapai FLTF/PoNV, maka resolution plan akan teraktivasi. PoNV dapat menjadi pemicu pelaksanaan bail-in oleh otoritas resolusi. Pelaksanaan bail-in menjadi regulatory discretion dan merupakan kewenangan resolusi (resolution tools). 

Bail-in merupakan tindakan menyerap kerugian (loss-absorbing) dan melakukan rekapitalisasi (recapitalization) bank dengan cara menghapuskan sebagian/seluruh modal dan kewajiban (write-down) dan/atau mengubah sebagian/seluruh kewajiban (convert) menjadi modal. Pelaksanaan bail-in dapat menjadi bagian dari resolution plan.

Sesuai Key Attributes of Effective Resolution Regimes for Financial Institutions #5 – Safeguards, pelaksanaan resolusi harus memperhatikan prinsip “respect creditor hierarchy” dan “No Creditors Worse Off than in Liquidation (NCWOL)”. Pembebanan kerugian bank harus memperhatikan creditor hierarchy di mana pemegang saham merupakan pihak pertama yang harus menyerap kerugian, diikuti pemegang hybrid capitals, subordinate debts, selanjutnya pemegang senior unsecured debts, dan dapat pula termasuk nasabah penyimpan yang simpanannya melebihi penjaminan. 

Simpanan yang dijamin secara tegas dikecualikan dari bail-in. Kreditur dengan kategori atau kelas yang sama harus mendapat perlakuan yang sama pula.

Dalam pelaksanaan bail-in, pemegang saham lama dapat kehilangan seluruh kepemilikan sahamnya jika kerugian bank lebih besar daripada modalnya. Sedangkan kreditur akan menanggung kerugian dari konversi tagihannya menjadi modal bank dan/atau penghapusan sebagian/seluruh pokok tagihannya (principal write down). Sesuai prinsip NCWOL, dalam pelaksanaan resolusi harus dipastikan tidak ada kreditur yang memperoleh hasil pengembalian (recovery) yang lebih buruk dibandingkan jika terhadap bank dilakukan likuidasi.

Bail-in memiliki tujuan memperbaiki permodalan bank (solvency) melalui penyerapan kerugian dan rekapitalisasi bank gagal yang dananya bersumber dari pemegang saham dan kreditur bank. Sedangkan untuk menjaga stabilitas sistem perbankan dan mempertahankan keberlangsungan fungsi kritikal bank (viability), bail-in perlu dilengkapi upaya resolusi lain, misalnya restrukturisasi aset dan operasional bisnis bank.

Pada dasarnya terdapat dua tipe bail-in, yakni: (1) Open bank bail-in, yakni pelaksanaan bail-in dilakukan dengan melakukan rekapitalisasi terhadap bank gagal yang dipertahankan tetap beroperasi; dan (2) Closed bank bail-in, yakni pelaksanaan bail-in dilakukan dengan membentuk bank perantara untuk menerima pengalihan sebagian aset/kewajiban bank gagal dan kemudian dilakukan rekapitalisasi terhadap bank perantara tersebut, sementara bank gagal dilikuidasi. Pemilihan jenis dan jumlah aset dan kewajiban yang dialihkan ditetapkan oleh otoritas resolusi.

Beberapa negara telah menetapkan tipe bail-in yang menjadi pilihan utama untuk diterapkan, sementara beberapa negara lainnya membuka kedua pilihan tersebut sesuai dengan kondisi dan permasalahan masing-masing bank. Amerika Serikat lebih memilih menggunakan closed bank bail-in yang dipandang selaras dengan pemilihan strategi resolusi Single Point of Entry, sedangkan Italia, Swiss, dan Inggris memiliki pilihan utama menggunakan open bank bail-in.

Ilustrasi Open Bank Bail-in

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun