Mohon tunggu...
Puthut Hari Pangestu
Puthut Hari Pangestu Mohon Tunggu... Penulis - Guru dan Penulis

Menulis merupakan seni mengolah akal, seni mengasah kecerdasan dan mempertajam ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kekuatan Tak Terbatas dari Pikiran Manusia

21 Juli 2024   06:05 Diperbarui: 21 Juli 2024   13:06 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dibekali sebuah perangkat yang sangat spesial oleh Tuhan yang bernama Pikiran.

Pikiran yang jika diolah mampu menembus berbagai penghalang yang menghambatnya untuk bergerak.

Pikiran mampu menembus berbagai gelombang sehingga membuat manusia sebagai pemilknya mampu menciptakan berbagai hal termasuk ilmu pengetahuan.

Bahkan pikiran juga mampu membuat manusia mabuk oleh imajinasinya sendiri sehingga membuatnya oleh manusia yang lain sering dinggap gila.

Lantas sejauh mana pikiran mampu bergerak menciptakan sebuah kekuatan yang tak terbatas padahal ada yang Maha Tak Terbatas, mana mungkin ciptaannya mampu menyaingi bahkan melampaui Penciptanya sendiri.

Lantas apa maksud tak terbatas itu, yang mampu diciptakan oleh pikiran manusia.

Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling sempurna diantara ciptaan-Nya yang lainya.

Tentu kesempurnaan tersebut bukan hanya sebuah isap jempol atau sebuah sebutan untuk menyenangkan manusia saja.

Pastinya Sang Penciptanya telah merencanakan semuanya mengenai maksud dan tujuan dari kalimat "mahkluk sempurna" tersebut.

Dari hal tersebut lah pikiran manusia dibedah satu per satu mengenai kekuatan dari pikiran manusia.

Pertama pikiran merupakan alat utama manusia untuk menganalisis sebuah kejadian, merangkai sebuah fenomena yang terjadi di alam sehingga melahirkan sebuah pengetahuan baru untuk bertahan hidup.

Proses menerjemahkan sebuah informasi dari Tuhan melalui peristiwa di alam raya tentu panjang prosesnya butuh waktu bertahun-tahun.

Manusia akan berfikir mengenai kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupannya berupa sandang, pangan dan papan.

Seperti contohnya manusia hidup di belahan bumi yang memiliki empat musim, mereka akan menemukan cara bagaimana mengolah hasil pertanian menjadi makanan yang mampu bertahan dimusim-musim ketika tidak ada makanan.

Kedua pikiran yang membuat manusia bukan hanya berfikir mengenai kebutuhan dasar melainkan berfikir mengenai hukum atau aturan tentang kehidupan.

Dimana hukum dibuat untuk mengatur agar manusia dapat hidup damai dan tentunya hukum juga menjaga manusia dari berbagai tindak kejahatan yang merugikan manusia itu sendiri.

Hukum pun bukan sebuah aturan yang bersifat permanen, melainya hukum juga akan berkembang sesuai kebutuhan manusianya itu sendiri berdasarkan seberapa cepat pikiran manusia berkembang.

Yang ketiga adalah kemampuan manusia berfikir dalam menemukan asal dari kehidupan dan kemana nanti manusia akan pergi setelah kematiannya, atau manusia Modern menyebutnya filsafat.

Filsafat merupakan seni mengolah pikiran agar manusia dapat menemukan kesejatian hidup sehingga hidup manusia tidak kosong atau hampa.

Filsafat juga mampu menghantarkan manusia menemukan Tuhan-Tuhan versi pikirannya sendiri seperti konsep animisme, dinamisme, dan lain sebagainya.

Dalam tahap ketiga ini manusia mencoba memecahkan teka-teki alam melampaui kemampuannya pikirannya.

Pada tahap ini lah tangan Sang Pencipta hadir untuk menuntun manusia untuk sampai pada-Nya.

Dan tak jarang pada tahap ini pikiran manusia sedang dipertaruhkan antara hidup dan matinya.

Bagaimana bisa pikiran menjadi bahan pertaruhan hidup atau mati manusia itu sendiri padahal hewan pun tanpa akal pikiran bisa hidup damai.

Pada waktu pencarian kesejatian hidup ini lah peran dari sesuatu yang menyesatkan bekerja.

Lantas bagaimana cara agar perjalanan untuk mencari kesejatian hidup itu tidak tersesat.

Tuhan telah memberikan petunjuk sejelas-jelasnya mengenai perjalanan mencari kesejatian hidup tersebut.

Dengan apa dengan berita yang telah disampaikan kepada utusan-utusannya yang menjadi wakil-Nya di dunia.

Tetapi manusia juga tak jarang mengatakan jika berita berupa petunjuk tersebut merupakan sebuah karangan manusia belaka.

Ada satu surat yang akhir-akhir ini terngiang-ngiang dipikiran yang membuat penulis memutuskan membagikan tulisan ini.

Entah apa maksud dan tujuannya secara pribadi tidak mengetahuinya dan hanya bisa mengerjakan semampunya saja.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah, yang mengajarkan (manusia) melalui pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Q.S. Al-Alaq 1-5.

Disinilah agama bekerja, ketika pikiran manusia tidak mampu menjangkau sesuatu yang jauh dan tidak akan pernah bisa diolah oleh akal pikiran manusia tangan Tuhan bekerja melalui petunjuknya yang diturunkan kepada utusa-Nya.

Ya..sang imam..sang kekasih Allah...Nabi Muhammad SAW...

Hendaknya selalu bersholawat untuknya agar cinta umatnya ini tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga beliau memberi syafaat untuk mengantarkan manusia kepada Sang Sumber Kehidupan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun