Pertama pikiran merupakan alat utama manusia untuk menganalisis sebuah kejadian, merangkai sebuah fenomena yang terjadi di alam sehingga melahirkan sebuah pengetahuan baru untuk bertahan hidup.
Proses menerjemahkan sebuah informasi dari Tuhan melalui peristiwa di alam raya tentu panjang prosesnya butuh waktu bertahun-tahun.
Manusia akan berfikir mengenai kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupannya berupa sandang, pangan dan papan.
Seperti contohnya manusia hidup di belahan bumi yang memiliki empat musim, mereka akan menemukan cara bagaimana mengolah hasil pertanian menjadi makanan yang mampu bertahan dimusim-musim ketika tidak ada makanan.
Kedua pikiran yang membuat manusia bukan hanya berfikir mengenai kebutuhan dasar melainkan berfikir mengenai hukum atau aturan tentang kehidupan.
Dimana hukum dibuat untuk mengatur agar manusia dapat hidup damai dan tentunya hukum juga menjaga manusia dari berbagai tindak kejahatan yang merugikan manusia itu sendiri.
Hukum pun bukan sebuah aturan yang bersifat permanen, melainya hukum juga akan berkembang sesuai kebutuhan manusianya itu sendiri berdasarkan seberapa cepat pikiran manusia berkembang.
Yang ketiga adalah kemampuan manusia berfikir dalam menemukan asal dari kehidupan dan kemana nanti manusia akan pergi setelah kematiannya, atau manusia Modern menyebutnya filsafat.
Filsafat merupakan seni mengolah pikiran agar manusia dapat menemukan kesejatian hidup sehingga hidup manusia tidak kosong atau hampa.
Filsafat juga mampu menghantarkan manusia menemukan Tuhan-Tuhan versi pikirannya sendiri seperti konsep animisme, dinamisme, dan lain sebagainya.
Dalam tahap ketiga ini manusia mencoba memecahkan teka-teki alam melampaui kemampuannya pikirannya.