Kompasiana --- Menjadi sebuah misteri apa arti malam satu suro dan sejarahnya penyatuan dua penanggalan Islam dan Jawa.
Bagi masyarakat Jawa menyambut tahun baru dengan sebuah refleksi berupa doa dan kajian-kajian kebudayaan menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya.
Kegiatan yang berlangsung pada malam menyambut satu suro berupa doa bersama atau baritan takir plontang istilah dalam bahasa Jawa untuk tradisi selamatan yang dilakukan di pertigaan atau perempatan jalan raya.
Kegiatan yang dilakukan di pertigaan atau perempatan bahkan dipojok-pojok jalan yang sering dilalui masyarakat.
Tujuan dari selematan peringatan malam satu suro tersebut merupakan sebuah harapan atau doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar ditahun baru selalu diberi keselamatan.
Selamat dari segala bentuk marabahaya, bencana dan kala yang digambarkan sebagai buto yang akan memangsa manusia.
Perayaan malam satu suro itu tidak hanya dilakukan oleh orang abangan sebutan bagi pelaku sepiritual kejawen namun juga diperingati oleh para kaum muslimin.
Peringatan satu suro juga diperingati sebagai malam menyambut tahun baru hijriah atau tahun dalam penanggalan islam.
Dalam menyambut tahun bari hijriah umat Islam memperingatinya dengan istigozah bersama dimasjid dan mushola.
Dengan harapan tahun baru yang akan dilalui para umat islam selalu diberi keselamatan dan perlindungan Allah SWT dalam menjalani kehidupan.