Pada bulan september 2024, jakarta menduduki peringkat kedua di dunia sebagai kota yang memiliki kualitas udara buruk. hal ini dilihat dari konsentrasi PM2.5 di jakarta pada pagi hari di 2 september 2024, yang 13,6 nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara yaitu IQAir, pada pukul 08.00 WIB, indeks kualitas udara atau air quality index (AQI) di jakarta berada di angka 160, dengan angka konsentrasi partikel halus (Particulate Matter/PM) 2,5 di angka 68 mikrogram per meter kubik yang mengartikan bahwa kualitas udara di jakarta sangat tidak sehat bagi masyarakat yang sensitif terhadap udara dan dapat menimbulkan kerugian baik manusia dan juga hewan dan mampu menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dari segi nilai estetika.
Kategori tingkat kualitas udara berdasarkan particulate Matter/PM yaitu:
- kategori baik dengan PM 2,5 sebesar 0-50 yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan juga tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan dan nilai estetika
- kategori sedang dengan PM 2,5 sebesar 51-100 yang tidak berpengaruh bagi kesehatan manusia atau hewan dan juga tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan dan nilai estetika
- kategori sangat tidak sehat dengan PM 2,5 sebesar 200-299 yang dapat merugikan bagi kesehatan manusia atau hewan dan juga tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan dan nilai estetika
Kota dengan kualitas udara terburuk di dunia berdasarkan AQI yaitu:
- Lahore, Pakistan di angka 176
- Jakarta, Indonesia di angka 160
- Delhi, India di angka 132
- Tashkent, Uzbekistan di angka 132
- Dubai, Uni Emirat Arab di angka 132
- Kuching, Malaysia di angka 117
Dengan adanya kasus ini para pemerintah menghimbau masyarakat jakarta atau masyarakat yang bermobilisasi di daerah jakarta untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor, menyalakan penyaring udara serta menggunakan masker jika ingin beraktivitas diluar rumah.
Penyebab
Menurut Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) yaitu Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa penyebab utama polusi udara di jakarta dan sekitarnya karena emisi gas buang atau asap knalpot yang menjadi biang kerok parahnya kualitas udara di jakarta.
Selain itu, kegiatan Industri juga turut menyumbang sekitar 32,49,8% dari polusi udara, dengan menghasilkan berbagai polutan melalui proses pembakaran dan produksi. Bahkan, kegiatan rumah tangga juga turut berkontribusi terhadap peningkatan polusi udara. Seperti, pembakaran sampah dan penggunaan bahan bakar fosil di rumah tangga (ONE HEALTH UGM).
Sedangkan menurut kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) melalui dirjen pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yaitu sigit reliantoro menyatakan bahwa kualitas udara di jakarta dan sekitarnya tahun ini lebih baik dari 2023 karena beberapa faktor yaitu:
a) pengaruh la nina yang pada tahun lalu musim kemarau nya lebih panjang, sedangkan tahun ini musim kemaraunya lebih pendek. bahkan hujan masih turun di bulan juli dan agustus
b) pengaruh program elektrifikasi, yang mana sudah mulai banyak masyarakat di jabodetabek yang menggunakan kendaraan listrik
c) pengaruh banyaknya masyarakat yang menggunakan sepeda atau transportasi umum