Soekarno terdaftar sebagai mahasiswa tahun akademik ke-2 (2 Juli-1Juli 1922) dengan mengambil jurusan teknik sipil jurusan pengairan (waterbouwkunde). Ia termasuk salah seorang dari enam mahasiswa pribumi. Setelah sempat cuti selama hamper setahun pada 1921, dia melanjutkan kuliahnya pada tahun ajaran 1922/1923 dengan nomor induk 55.nilai yang diperolehnya pada tahun itu adalah 5,85, 1923/1924 6,75, 1924/1925 6,28, 1925/1926 adalah 6,55.
Walau TH memiliki jadwal ketat dan menjauhkan mahasiswanya dari dunia politik. Bukan halangan bagi Soekarno untuk berkegiatan di luar kampus.pada tahun-tahun itu Bandung merupaqkan kota persinggahan tokoh tokoh pergerakan. Diantaranya Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. Yang mengambil alih pimpinan National Indische Partij(NIP).
Minat Soekarno terhadap dunia pergerakan telah terbentuk di Kota Surabaya berkat gemblengan H.O.S Tjokroaminoto. Di luar kampus, Soekarno berhubungan erat dengan NIP, bahkan di tahun 1923 Soekarno dipanggil rector TH saat itu Prof. Ir J.Klopper untuk meminta kepada Soekarno agar mengurangi aktifitasnya di luar kampus. Pemanggilan tersebut didasari oleh pidato yang dikumandangkan Soekarno membakar semangat para pendengarnya. Saking berbahanya, saat itu Soekarno diturunkan paksa oleh Polisi Hindia Belanda dari atas podium.
Kegiatankuliah TH sebetulnya berlangsung ketat. Namun tidak mengganggu kegiatan di luar kampus. Soekarno masih bisa menyelesaikan tugas akhir membuat gambar rencana instalasi pelabuhan. Soekarno termasuk satu dari empat insinyur bumiputera yang berhasil menyelesaikan pendidikannya pada kuartal ketiga pada tahun 1926.
Inggit Ganarsih dan Mang Marhaen
Inggit Ganarsih dan Mang Marhaen adalah dua sosok yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah merebut kemerdekaan. Inggit Ganarsih seorang perempuan sunda bagai drupadi bagi sosok Soekarno muda. Di mata Soekarno, Inggit menjadi satu satunya wanita yang mengisi tiga peran sekaligus bagi hidupnya. Baik sebagai ibu, kekasih dan sekaligus sahabat.
Selama menjadi pendamping Bung Karno, Inggit menjadi pendorong di saat-saat suaminya terjebak dalam keraguan. Wanita yang sederhana menjadi pemberi inspirasi dan semangat dengan keyakinan yang tidak pernah pupus, jika suatu saat, cita-cita suaminya yang juga menjadicita-cita seluruh Bangsa Indonesia merebut kemerdekaan menjadi kenyataan.
Setelah bercerai dengan Utari, pada tahun 1923 Soekarno muda meminang Inggit Ganarsih yang tidak lain adalah ibu kosnya. Setelah menikah pasangan ini menempati sebuah rumah panggung di Gg Jaksa di ujung selatan Regentsweg(jl Dewi Sartika sekarang). Kini rumah panggung tersebut telah berganti menjadi bangunan permanen.Â
Namun di dalam bangunan tersebut masih dipajang foto Soekarno dan Inggit di masa muda. Selanjutnya mereka pindah ke Gedong Delapan di pongkoerweg(JL.Pungkur) nomor 6, tak jauh dari rumah mereka terdapat rumah Sosrokarsono, kakak kandung Kartini. Dari Poengkoerweg mereka pindah lagi ke Regentsweg(Jl dewi Sartika) Nomor 22.Â
Di rumah ini Inggit menerima indekos untuk menambah penghasilan keluarga. Sangat disayangkan, seluruh rumah itu kini tidak bersisa berganti dengan bangunan-bangunan baru. Rumah terakhir yang ditempati Soekarno-Inggit terletak di Jalan Astanaanjarweg(kini Jalan Ibu Inggit Ganarsih). Di rumah ini aktivitas politik Soekarno bersama kawan seperjuangan lainnya semakin menonjol.Â
Hampir semua tokoh pergerakan seperti Agus Salim, Abdul Muis, K.H Mas Mansyur,Mohammad Hatta, MH Thamrin, Moh Yamin, Trimurti, Oto Iskandardinata, Dr Soetomo pernah datang, dari sekedar berdiskusi hingg merencanakan berbagai gerakan merebut kemerdekaan. Dari diskusi yang terjadi di rumah ini, peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda (1928), berdirinya PNI (1927), Partindo(1931).