Mohon tunggu...
Hari Bagindo Pasariboe
Hari Bagindo Pasariboe Mohon Tunggu... Ilmuwan - Statistician @ Indonesian Statistics

born and raised in Jakarta, statistician at National Statistics Office, focus environmental and social resilience statistics. former teacher, marketer, facilitator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Analisis Sosial Media Twitter: Corona Vs Everything Else

25 Juni 2020   15:32 Diperbarui: 25 Juni 2020   16:20 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Project Menonjol dengan Total Mention di atas 10k

Dengungan atau cuitan netizen bukan tanpa makna. Memaknai vibrasi-vibrasi lirih masyarakat harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan agar tidak kehilangan trend yang setiap saat selalu dalam keadaan bergerak, berkembang dan dinamis. 

Suara-suara lirih ini sering kali terakumulasi dan bertransformasi menjadi sorakan yang nyaring yang hampir mustahil untuk diabaikan oleh siapa pun yang berkepentingan. Mengutip  perkataan mendiang LB Moerdani, tokoh yang sangat disegani di jamannya, beliau berkata, "jika ingin mengetahui hati suatu bangsa, kuasai bahasanya". Kebijaksanaan yang sama masih relevan diaplikasikan dalam beragam situasi.

Pertanyaan yang sama saya ajukan pula pada kesempatan ini. 

"Kondisi kebathinan apa yang mengisi hati dan pikiran publik saat ini?"

Saya mencoba mengamati vibrasi-vibrasi lirih, diskusi-diskusi awam untuk mengetahui apa-apa yang sedang mengisi pikiran "public" atau "wisdom of the crowd". Pendekatan kuantitatif di kombinasikan dengan pengamatan kualitatif.

Untuk menjawab pertanyaan sederhana ini ternyata tidak bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Perangkat analisis media sosial tools, milik Universitas Islam Indonesia Yogyakarta terpaksa saya pinjam untuk membedah  dan mencari tau jawaban apa yang ada disana. Kalau ada tentunya.

Observasi awal yang saya dapati, topik terkait Corona masih luar biasa mendominasi percakapan di sosial media khususnya Twitter. Tools Sosial Media Analsis milik Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang saya gunakan untuk mengamati percakapan di dunia maya secara khusus Twitter mengkonfirmasi hal ini.

Sampai siang ini (13.00 WIB) terdapat 791 daftar project terbagi ke dalam 17 tujuan SDGs yang diamati oleh Drone Emprit. Paling tidak 10 topik yang cukup signifikan untuk dikaji menjadi topik yang menonjol sebagai hasil pengamatan awal yang memiliki total mention di atas 10.000 mention

Sebagai pengantar diskusi lebih lanjut, pada gambar di atas disajika berupa daftar hasil tangkapan layar Drone Emprit list projek yang saya anggap cukup menonjol yang memiliki karakteristik  total cuitan memadai sejumlah 10k ke atas.

Dengan melakukan kategorisasi sederhana dari 10 topik ini saya membagi kedalam 2 tema besar. Pertama tema terkait virus korona diikuti oleh tema tentang pemerintahan.

Topik tentang Corona memili sub tema yang mendiskusikan hal-ha berikut ini:
1. Virus Corona dan Diplomasi Kesehatan RI
2. Virus Corona Outbreak
3. Virus Corona
4.Covid-19 dan "The New Normal"
5. WFH dan Inisiatif New Normal

Sedangkan topik pemerintahan mengusung diskusi tentang
1. Alienasi Politik terhadap Pejabat Pemerintahan
2. Isu PKI
3. Jokowi
4. Pancasil, Agama dan Komunisme
5. Rakyat dan Demokrasi.

Visualisasi data biasanya akan membantu kita untuk menelaah lebih dalam. Angka cenderung kurang menarik, tetapi gambar bisa berbicara banyak  tentang dirinya sendiri. 

Gambar kedua ini adalah visualisasi dari angka-angka pada gambar pertama di atas.  Gambar kedua berupa diagram batang dan "pie chart". Diagram batang menunjukkan keadaan mana yang lebih menonjol sedangkan "pie chart" menarasikan dominasi atau perbandingan terhadap total atau keseluruhan.

Gambar 2. Total Mention by Project
Gambar 2. Total Mention by Project
Dapat kita lihat bahwa 3 topik teratas didominasi oleh diskusi tentang korona dalam berbagai tema. Ketiga tema Corona tersebut adalah: Virus Corona Out Break (61 persen), Virus Corona (18 persen), dan Virus Corona dan Diplomasi Kesehatan RI (9 persen). Dengan isu Virus Corona Out Break menjadi tema yang paling menonjol diantara ke 9 tema lainnya.

Apa cerita yang ada di balik  data awal ini? Sudah mulai seru ya...

Menurut saya ada hal yang sangat menarik dibaliknya data awal ini serta karakteristik yang melekat di dalamnya. Saya mengamati dan mencoba menarasikannya. Dalam catatan saya, data awal ini bisa menjadi petunjuk awal dari sesuatu yang lebih besar yang bisa kita dalami bersama.

Findings
Saya mencoba menarasikan opini dan memberikan catatan ketika melihat data awal hasil bangkitan drone emprit terkait percakapan publik di Twitter dan memaknainya.

Masifnya pemberitaan tentang korona selama 3 bulan terakhir berhasil mendominasi bahkan menihilkan isu-isu lain yang tidak kalah penting selain topik tentang korona. 

Ibaran Tsunami, pemberitaan tentang corona yang masif sudah mendominasi semua kehidupan publik (dalam catatan saya 90 persen tema corona dibandingakan dengan 10 persen sisanya merupakan bukti kuantitatif yang sangat sahih betapa masifnya pemberitaan korona). 

Implikasi dari temuan ini menunjukkan hampir tidak tersedia ruang publik untuk membicarakan topik lain selain Corona. Tema selain corona sudah menjadi tidak relevan dalam anggapan publik. Apa-apa yang publik lihat, dengar, dan rasa semuanya berbumbu "Corona". 

Corona identik dengan wabah, kematian cepat, korban jiwa, kesakitan, diskriminasi sosial, segregasi, kemandekan ekonomi, lockdown, phk, dll. Berapa lama kita akan berada dalam suasana kebatinan seperti ini. 

Narasi harus segera diganti dengan optimisme, kegiatan ekonomi, pembukaan lapangan kerja, pemerintah yang berdaya, dan hal yang memantik optimisme yang lain.

Dengan kondisi hari ini 90 persen suasan kebatinan bangsa atau publik yang masih didominasi oleh pesimisme akibat korona, kira-kira berapa lama waktu yang diperlukan untuk bertransformasi. 

Corona sudah meninggalkan luka, luka itu belum pulih. Entah bisa pulih atau tidak, itu sebuah pertanyaan lain untuk didiskusikan.

Steps to Corrective Action
"Optimis di tengah keadaan yang tidak memungkinkan untuk optimis memerlukan daya pikir dan daya juang yang besar". Begitulah saya menggambarkan kondisi kita hari-hari ini.

Pertanyaan berikutnya, "apakah berdiam diri dan menerima keadaan tanpa tindakan terukur, terstruktur dan terbatas waktu adalah sebuah pilihan?"

Negara ini sedang berada dalam ujian sekali lagi. Banyak ujian sudah dilewati. Rasanya ini pun akan kita lewati juga. 

"Pertanyaannya bagaimana?"

Mari kita diskusikan di lain waktu.

Passer Baroe, 25 Juni 2020

Salam Hangat,

Hari Bagindo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun