JOKOWI EFFECT: DUNIA TAKUT INDONESIA DIKELOLA DENGAN BAIK
Essensi bukan Sensasi
Pro dan kontra mengenai kemampuan berbahasa Asing Presiden Joko Widodo masih hangat hilir mudik di jejaring sosial. Ada yang memuji, ada yang meremehkan dan ada pula yang "abstain".
Ada argumentasi yang mengatakan bahwa UUD mewajibkan Presiden Republik Indonesia harus menggunakan Bahasa Indonesia sebagai amanat konstitusi yang harus di turuti. Yang meremehkan juga tidak kalah dengan argumen bahasa Inggris Presiden kok terlalu sederhana dan beraksen Jawa (Jinglish=Jawa_Inggris), ada pula yang santai saja, yang menyerahkan sepenuhnya pada semesta bahwa Bapak Presiden Jokowi dengan sendirinya dan dengan apa adanya akan memberi warna tersendiri dalam percaturan diplomasi Indonesia di dunia tanpa lipstik dan ornamen yang dibuat-buat alias apa adanya.
Bagi saya pribadi isi lebih penting dari kemasannya. Esensi lebih penting dari sensasi. Pesan lebih penting dari pembawa pesan. Prinsip-prinsip dasar seperti ini yang sejatinya merasuk ke sanubari rakyat Indonesia sebagai hasil dari pendidikan, pelatihan, dan pengalaman hidup bersama sebagaimana tujuan pendidikan global yang selalu di dengung-dengungkan yaitu menjadi manusia pembelajar seumur hidup, dapat hidup dalam keberagaman dan menghargai perbedaan sepertinya masih jauh api dari asapnya.
Dunia menghargai JOKOWI bukan berdasarkan dialek Jawa yang kental dengan dengan bahasa Inggris yang sangat sederhana dalam forum dunia yang terhormat. Dunia menghargai PRESIDEN JOKO WIDODO karena beliau lahir dari pergulatan batin bangsa Indonesia yang lahir dari kehidupan demokrasi yang hakiki. Karena JOKOWI menjalankan amanat konstistusi untuk bekerja dimanapun berada bukan sekedar bersilahturahmi dan membangun persahabatan dengan para pemimpin dunia lain. JOKOWI sedang memperjuangkan kepentingan Indonesia di forum dunia.
JOKOWI EFFECTS
Pantaslah DUNIA memandang penting JOKOWI. Moratorium ekspor mineral mentah dari INDONESIA telah melambatkan produksi industri Jepang, Korea, Cina dan India karena posokan batubara untuk energi dan mineral lainnya sebagai bahan baku industri berkurang pasokannya di pasar dunia.
Sudah hentikan saja semua ekspor bahan mineral mentah, sumber energi seperti batubara, gas, minyak bumi. Kita masih perlu itu semua untuk membangun negeri kita sendiri. Sudah saatnya kita berorientasi bagi Indonesia sendiri. Ciptakan nilai tambah semua sumber daya alam yang kita miliki baru kita lakukan pemasaran sendiri ke pasar dunia.
Sudah waktunya Indonesia di kelola dengan benar. Inilah kesan yang ditanamkan JOKO WIDODO yang ditakutkan dunia. Dunia sudah tidak boleh lagi mengeruk dan menghisap mineral berharga kita dengan semena-mena.
Pernyataan Indonesia akan keluar dari negara G-20 saya rasa bernada serius dan sungguh-sungguh kalau tidak ada untungnya bagi Indonesia kalo hanya sekedar untuk pencitraan belaka. Kemampuan berfikir benar/thinking truth sebesar-besarnya bagi kepentingan Indonesia inilah ruh yang menjiwai semangat diplomasi blak-blakan dan apa adanya sebagaimana yang telah diamanatkan oleh konstitusi kita.
Mengutip Juara Kompasiana tahun 2013 dalam salah satu tulisannya belum lama ini :
"Logikanya, meskipun anda jago ngomong bahasa inggris, tapi tak tahu hendak mengomongkan apa, maka itu sama saja dengan nol. Sementara di saat bersamaan, ada yang tak lancar bahas Inggris, tapi saat itu mencoba menyampaikan sesuatu gagasan yang substansial dan bernas, yang bersumber dari pengalaman dan refleksi yang kuat pastilah sosok ini yang mendapatkan apresiasi."
Rasanya SOSOK JOKOWI merupakan pesan itu sendiri.
12 november 2014, Jakarta Poesat
e.hari.bagindo@gmail.com
Insipirasi lainnya:
http://politik.kompasiana.com/2014/11/28/bom-bunuh-diri-sby-689124.html
http://politik.kompasiana.com/2014/11/18/jokowipemerintahan-seumur-bayi-yang-punya-nyali-687094.html
http://sosbud.kompasiana.com/2014/11/17/desa-sikeben20ha-untuk-pengungsi-sinabung-686960.html
http://sosbud.kompasiana.com/2014/12/03/pak-alexkeindahan-menjadikan-hidup-harmonis-690093.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H