e:hari.bagindo@gmail.com
[caption id="attachment_339642" align="aligncenter" width="181" caption="fuad_amin_perang_dunia_3"][/caption]
Maling kok dari rakyat sendiri!
Fuad Amin nama yang sedang naik naun hari-hari ini. Namanya mencuat bukan karena prestasi yang gilang gemilang ketika menjabat 2 periode Bupati Bangkalan dalam mentransformasi masyarakat Bangkalan dari kondisi masyarakat tertinggal menjadi masyarakat sejahtera. Namanya mencuat karena maling uang rakyat alias tertangkap tangan tersangka penerima suap PT MKS. Alih-alih menyalurkan mensuplai gas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang ada wilayahnya untuk menggerakkan perekonomian Bangkalan agar lebih maju malah menerima suap transaksi fiktif penjualan gas melalui pihak ketiga yang dibeli dari pertamina yang tidak pernah disalurkannya alias bodong.
Sudah biasa di negeri ini maling menjadi terkenal, popularitasnya secepat meteor. Bukan karena prestasi tapi karena tindakan yang menimbulkan sensasi baik sebagai tersangka kriminal, tertangkap sebagai pengguna narkoba, terjerat pelaku penipuan, tertangkap tangan menerima suap, tindakan asusila dan selingkuh adalah modus yang meningkatkan popularitas yang masih jitu mendongkrak popularitas pesohor di negeri ini.
"YOU ARE WHAT YOU THINK!"
Media baik analog dan digital sebagai pembawa pesan yang sejatinya mengarus-utamakan pikiran-pikiran yang menginspirasi sehingga pada akhirnya akan membawa lebih banyak orang untuk berbuat benar, baik, mulia, indah dan akhirnya melakukan hal-hal yang layak dipuji sepertinya sudah jauh melenceng dari maksud-maksud ini.
Menjejali pikiran masyarakat dengan "sampah" pada akhirnya hanya membuat penduduk negeri ini menjadi "pesimis". Alih-alih menanamkan bibit-bibit positif agar ketahanan, kesatuan, kemajuan dan kesejahteraan rakyat da bangsa terbentuk, justru pengembosan atas nama rating, hits, dan iklan lebih berkuasa dari pada pengarus utamaan nilai-nilai kebenaran, keadilan, sebesar-besarnya untuk keuntungan masyarakat serta mempererat ikatan sebagai bangsa.
Mari menabur bibit berfikir benar, bertindak benar, dan bersyukur setiap saat agar hal baik yang kita pikirkan itulah yang nantinya menjadi bagian kita di masa depan.
Bukan pekerjaan mudah, tapi jika kita semua bersama melakukan dan mengarus utamkan nilai kebenaran dalam berfikir dan bertindak serta bersyukur, pikiran-pikiran sebaliknya pastinya akan menjadi tidak relevan dan kehilangan tempat berpijak.
Perang Dunia ketiga
Perang dunia pertama adalah perang biologi/kimia, ditandai dengan penggunaan gas dan racun. Perang dunia kedua adalah perang fisika dengan penggunaan bom atom di hirosima dan nagasaki. Dan Perang dunia ketiga sebenarnya sedang berlangsung yaitu perang matematika, ditandai dengan penggunaan teknologi informasi yang kesemuanya adalah matematika kombinatorik.
Kita berada pada perang dunia ke3, Perang Matematika, perang informasi. Mari kita menangkan perang informasi ini dengan menjejali ruang digital dengan pikiran-pikiran yang benar, tindakan-tindakan benar dan rasa syukur sebagai bentuk revolusi mental masyarakat Indonesia baru yang bermutu.
Kembali ke esensi, kembali ke substansi, kembali ke khitah, kembali ke dasar perjuangan. Dengan mengetahui apa yang kita cari, mudah-mudahan kita tidak mencari di tempat yang salah dan pada akhirnya mendapatkan apa yang di cari.
Salam revolusi mental
Warmest regard,
Hari Bagindo
Insipirasi lain:
http://politik.kompasiana.com/2014/11/28/bom-bunuh-diri-sby-689124.html
http://politik.kompasiana.com/2014/11/18/jokowipemerintahan-seumur-bayi-yang-punya-nyali-687094.html
http://sosbud.kompasiana.com/2014/11/17/desa-sikeben20ha-untuk-pengungsi-sinabung-686960.html
http://sosbud.kompasiana.com/2014/12/03/pak-alexkeindahan-menjadikan-hidup-harmonis-690093.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H