Mohon tunggu...
Hariati
Hariati Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Memulai Menulis Dari Apa Yang Kamu Lihat, Dengar Dan Rasakan!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"White-Owing", Resep Mudah Punya Rumah! Mau Coba?

28 Februari 2019   19:13 Diperbarui: 28 Februari 2019   19:35 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dulu Sistem Online Belum Segencar Sekarang, Oretan Dari Excel Yang Kami Buat Sendiri, Penting Utamanya Bisa Mengukur Kemampuan Diri Ber-KPR | Dokumentasi Pribadi

Lebih baik di sini, rumah kita sendiriiii.. segala nikmat dan anugrah yang kuasaaaa.  Semuanya  ada di sini. Rumah  kitaaaah..... Yeaaaaaa..!."

Mendengar dan menyanyikan secuil lagu rumah kita, milik God-Bless, menyeret kenangan kami sembilan tahun silam. Ketika menjalani perjuangan memiliki rumah sendiri melalui KPR BTN.


Perkenalan dengan BTN itu bermula di salah satu pusat perbelanjaan, ketika seorang agen pemasaran membagikan brosur perumahan dengan berbagai tipe. Tipe yang paling murah ya tentu saja tipe 36, luas tanahnya 84meter-persegi, rumah itu dihargai Rp 500-an juta.

Dalam brosurnya tertera skema pembiayaan floating, dapat dicicil 30 tahun. Kisaran cicilan Rp 4 jutaan per-bulan dengan asumsi bunga 8.75 %. Tapi, jika dilihat bunga normal yang berlaku pada saat itu bisa mencapai 12%. Pikiran yang terlintas, kok murah ya?

"Untuk yang tipe 36 itu, gaji minimal Rp 13 juta sudah bisa, pak," ujar seorang agen pemasarannya.

Tak mudah melupakan senyuman manis perempuan itu, bersama sktesa mimpi yang dikalungkan kepada saya, berupa harapan kepemilikan sebuah rumah. Bibir saya terkunci rapat, hanya mata saya memotret semua hal terkait spesifikasi beserta harga rumah yang tercetak rapi dalam selebaran brosur.

Saya tidak menahu, apa jua yang dipikirkan suami saya yang ikut 'terpapar' promosi pameran rumah saat itu. Saya duga, dia pasti lagi pusing akan membagi dan memutar biaya operasional rumah tangga, kalau-kalau kelak membeli rumah itu.

Suami saya sih diam saja, namun matanya tak berkedip menatap gambar rumah-rumah manis-minimalis, nampaknya dia 'iyes' tapi berat untuk berkomentar.

"Ya sudah, mbak, nanti saya hubungin mbak-nya, kalau berminat dengan harga itu," tutup saya, lalu melipat, memasukkan brosur tadi ke dalam tas saya dan bergegas pergi.

Kebetulan hari itu, bertepatan awal bulan. Kami berdua selalu berbelanja di pasar swalayan yang sama berada di Mall itu. Bertemu dengan mbak cantik tadi juga sebenarnya di luar rencana kami sih. Ya, namanya jodoh dengan rumah, mau gimana lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun