Namun perjuangan tidak berhenti, kami mencoba mengumpulkan semua pemasukan gaji kami, dari usaha jualan kecii. Usaha sewa-menyewa rumah keluarga, sampai penghasilan freelance sebagai guru bahasa inggris, di luar kerja tetap kami. Yang kesemuanya bisa dilegalisasi oleh pihak kecamatan sebagai penghasilan luar untuk mendampingi dokumen gaji pokok kami berdua.
Kerja keras atas dasar keinginan kami memiliki rumah terjawab dengan disetujuinya plafon Rp 294 juta diluar DP 15% sebagai uang muka di awal 2010. Namun, rela tidak rela, tabungan kami semakin terkuras saja, dengan adanya biaya administrasiakad jual-beli bersama Bank yang mencapai Rp 15 juta untuk keperluan asuransi dan lain-lain.
KPR syariah telah memberikan dorongan yang kuat kepada kami untuk mewujudkan impian kami untuk memiliki rumah sendiri. Meskipun 10 tahun itu waktu yang cukup lama, dan sampai saat ini masih menyisakan 3 tahun lagi. Kebahagian kami-pun terasa, ketika bayi kami lahir 2 tahun setelah cicilan tersebut berjalan.Â
Pelajaran hidup yang berharga yang kami miliki saat itu. Satu diantaranya akhirnya kami bisa terhindar dari masalah besar riba dalam urusan hutang-piutang.
Apa Saja Pertimbangan Kami Memilih KPR Syariah, Saat Itu?
Kami menilai, ternyata dalam perjalanannya, proses pengajuan KPR Syariah hampir sama dengan KPR konvensional, dalam hal menyiapkan dokumen-dokumen administrasi, misalnya. Namun ada juga  hal mencolok yang bisa dijadikan pertimbangan memilih produk KPR Syariah dan sekaligus pembeda.
Nah, hal tadi yang bisa menjadi jawaban terhadap perbedaan KPR Syariah dengan konvensional, dimana aktivitas transaksi-nya melalui prinsip jual-beli atau Al-murabahah. Istilah ini memiliki artian jika bank Syariah akan membeli rumah yang kita inginkan terlebih dahulu. Kemudian menjualnya lagi kepada kita.
Tapi, karena bank syariah menalanginya terlebih dulu. Maka pada saat menjualnya lagi kepada kita, harganya sedikit mahal, sebagai bentuk keuntungan buat bank Syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di awal , maka nilai cicilan yang harus kita bayarkan relative lebih tetap.