Mohon tunggu...
hendrik yuda wahyu alek
hendrik yuda wahyu alek Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rinduku Mengabu di Perapian Iman

17 Agustus 2012   21:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

air wudlu menetesi batu, dan angin bershalawat.

hidup ini, demikian singkat,

sedekat antara adzan dan sholat.

segala yang jernih, tampak begitu bercahaya.

betapa tubuh kita, seperti darah:

yang mengalir mesra ke jantung Tuhan kita

detik ke detik, usia berlepasan.

kupasrahkan tubuh ini, Tuhan:

sebagai nazar, yang mengikat diri pada simpul tali kematian

sebab Engkaulah kekuatan yang maha meremuk redamkan.

di dadaku, pisauMu menikam tajam,

mengucurlah darah batinku sebagai iman.

sebab Engkaulah warna cantik surga itu.

betapa jiwaku hanyalah kaca,

yang memantulkan sinarnya padaMu jua.

duh Gusti, rinduku padaMu ternyata ialah sungai api.

menyala di bening subuh, sebagai madah.

mengalir di tenang tubuh, sebagai darah.

maka, gugupkan aku Tuhan, dengan dzikirku.

temukan risauku. selebihnya, biar kucari sendiri, cahaya persembunyianMu.

dengan rindu yang lepuh. tubuh ini menujuMu,

tubuh yang membakar kesedihan,

tubuh yang berkobar di perapian iman

Tuhan: ini rindu nyala dalam api,

biar aku lecuh lepuh, tak peduli.

cahayaMu panas suci, aku mau mengabu, sekali lagi.

kibar-kobarkan selendangmu Tuhan.

kini ragaku meliuk tarian api.

sukmaku melenggang ke pangkuanMu, dipandu denyut nadi

menarilah Tuhan, dalam tubuhku.

menarilah sepenuh panas gairahMu.

bakar dosaku dalam api cantikMu

di gairah panasmu, Tuhan: bakar aku, sekali lagi.

aku belum sanggup jadi asap yang menanggung rindu,

saat meninggalkan api

menyala! Tuhan sudah menyala! kataku.

dan sayapku, seketika penuh bara.

bagai burung api, yang kepaknya membakar dosa

sebab yang tersisa dariku, hanya arang kesedihan dalam kobar iman.

maka, saat aku mengabu, masihkah Kau kenali aku,

Tuhan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun