Mohon tunggu...
hendrik yuda wahyu alek
hendrik yuda wahyu alek Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi dan Doa

16 Agustus 2012   18:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:39 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap getar-getir di dada, kupancarkan risauku ke langit sore,

Serupa geletar sinar yang menjalar, di dada senja yang gemetar.

Kekasihku, yang tetap kujaga dalam dadaku ialah sayap-sayap waktu;

detak-detik rindu yang tidak berhenti mendebarkan namamu.

Barangkali, seperti inilah rindu yang kumaksud,

jalannya sudah sempoyongan, tubuhnya gemetar,

tapi dadanya masih sanggup berdebar.

Senja berakhir, malam tiba.

di bawah tatapan lampu temaram, sepi mengajariku mencari terang,

meggelayuti tubuhku; yang telanjang disunyikan malam.

malam lebih terasa beku karena rindu.

kepalaku telaga bening, dan kau ikan yang tenang berenang,

dalam segala hal yang kurenungkan.

sebab itu kekasih, aku masih menjadikanmu api;

sebagai segala sesuatu, agar menyala di kepalaku;

membara, menjilat lantai sunyi dadaku.

Tetaplah menjadi kekasihku,

agar sunyiku dapat memaafkan kesedihanmu,

agar ketabahanku bisa mendoakan kebaikanmu.

masuklah kau dalam sajakku,

menjadi susunan kata, menjadi segala sesuatu,

segala hal yang kutuliskan, dengen cara paling tabah

Inilah puisi ketabahanku,

puisi yg bersemayam dalam dada kecemasanku,

ia tak pernah mengeluh, mendoakan kebaikanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun