Aku menemukan gadis manis tengah memainkan alboka, terdengar mesra.
siapa namamu, kataku, dan ia jawab:
namaku airmata
Kulihat matanya yang basah,
jangan menangis kataku; tuhan hanya menitahkan airmata,
untuk menyapa jiwa-jiwa yang lemah
Aku tidaklah menangis, tuan.
Aku hanya membahasakan airmata, sebagai sanjungan yg mesra,
kepada kesepian Tuhan
Benarkah kau bahagia, tanyaku.
sedang kau: membiarkan airmatamu, yang turun,
seperti hujan yang menggerutu
Gadis itu meniup kembali albokanya;
seolah mengajariku; bahagia bukanlah apa yang tertangkap mata,
tapi yang ada dalam dada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H