Mohon tunggu...
Hariana Septi
Hariana Septi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teori Psikososial Erik Erikson

18 Januari 2025   05:44 Diperbarui: 18 Januari 2025   05:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Psikososial Erik Erikson: Menjelajahi Tahapan Perkembangan Manusia.

Teori psikososial Erik Erikson adalah salah satu pendekatan paling terkenal dalam psikologi perkembangan. Teori ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana manusia tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sosial sepanjang hidup. Erikson percaya bahwa kehidupan manusia terbagi menjadi delapan tahap, yang masing-masing melibatkan tantangan psikologis yang perlu diatasi untuk mencapai perkembangan kepribadian yang sehat.

Latar Belakang Erik Erikson dan Teorinya

Erik Erikson adalah seorang psikolog kelahiran Jerman yang mengembangkan teori psikososial berdasarkan pandangan Sigmund Freud. Namun, berbeda dari Freud yang lebih menekankan pengaruh biologis dan masa kecil, Erikson menempatkan fokus pada interaksi sosial dan pengaruh budaya dalam membentuk kepribadian manusia.

Erikson percaya bahwa perkembangan manusia berlangsung sepanjang hidup, bukan hanya terbatas pada masa kanak-kanak. Dalam pandangannya, setiap tahap kehidupan membawa "krisis" atau konflik tertentu yang harus diselesaikan. Keberhasilan menyelesaikan konflik ini akan membentuk sifat-sifat positif, sementara kegagalan dapat menyebabkan hambatan emosional di masa depan.

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson

Berikut adalah penjelasan rinci dari setiap tahap perkembangan psikososial yang dirumuskan oleh Erikson:

1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 Tahun)

Tahap pertama terjadi pada masa bayi. Pada tahap ini, bayi bergantung sepenuhnya pada pengasuh untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, kenyamanan, dan kasih sayang.

Jika kebutuhan terpenuhi, bayi akan mengembangkan rasa percaya pada dunia di sekitarnya.

Jika kebutuhan tidak terpenuhi, bayi mungkin merasa tidak aman dan sulit mempercayai orang lain di masa depan.

2. Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 Tahun)

Tahap ini terjadi ketika anak-anak mulai belajar melakukan sesuatu sendiri, seperti berjalan, berbicara, atau makan.

Jika diberi kebebasan yang cukup, anak akan mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian.

Jika terlalu dikontrol atau sering dikritik, anak mungkin merasa malu atau ragu terhadap kemampuan mereka sendiri.

3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 Tahun)

Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan keinginan untuk mencoba hal baru dan mengambil inisiatif. Mereka mulai memahami tanggung jawab dan belajar membuat keputusan.

Dukungan dari orang tua akan membantu anak merasa percaya diri dan berani mengambil langkah baru.

Sebaliknya, jika sering ditegur, anak mungkin mengembangkan rasa bersalah yang menghambat kreativitas mereka.

4. Kerajinan vs Inferioritas (6-12 Tahun)

Masa sekolah adalah waktu di mana anak-anak mulai belajar keterampilan baru, bekerja sama dengan teman sebaya, dan menerima umpan balik dari lingkungan.

Dukungan dari guru dan keluarga akan mendorong anak merasa kompeten dan percaya diri.

Namun, kegagalan atau kritik yang berlebihan bisa membuat mereka merasa tidak mampu atau rendah diri.

5. Identitas vs Kekacauan Identitas (12-18 Tahun)

Masa remaja adalah periode penting untuk menemukan jati diri. Remaja mulai bereksperimen dengan nilai-nilai, tujuan, dan peran dalam masyarakat.

Jika berhasil menemukan identitas yang konsisten, mereka akan merasa nyaman dengan diri sendiri.

Jika tidak, mereka bisa merasa bingung, kehilangan arah, atau mengalami krisis identitas.

6. Keintiman vs Isolasi (19-40 Tahun)

Pada tahap dewasa awal, individu mulai membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang lain, baik dalam bentuk persahabatan maupun hubungan romantis.

Keberhasilan dalam membangun hubungan intim dapat menciptakan rasa keterhubungan.

Sebaliknya, kegagalan dapat menyebabkan isolasi dan kesepian.

7. Produktivitas vs Stagnasi (40-65 Tahun)

Tahap ini berfokus pada kontribusi individu terhadap keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Orang dewasa sering mencari makna melalui karya dan hubungan mereka.

Jika berhasil, mereka akan merasa berguna dan produktif.

Jika tidak, mereka mungkin merasa stagnan, tidak berdaya, atau tidak memiliki tujuan hidup.

8. Integritas vs Keputusasaan (65 Tahun ke Atas)

Tahap terakhir ini adalah waktu untuk refleksi diri. Orang tua merenungkan pencapaian hidupnya dan menerima kehidupan apa adanya.

Jika merasa puas, mereka akan mencapai integritas dan kedamaian batin.

Jika dipenuhi penyesalan, mereka mungkin merasa putus asa dan tidak berarti.

Pentingnya Teori Erik Erikson

Teori Erikson sangat relevan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, konseling, dan parenting. Dengan memahami tahap-tahap ini, kita dapat:

1. Mengenali kebutuhan perkembangan individu di berbagai usia.

2. Memberikan dukungan sosial dan emosional yang sesuai.

3. Mengatasi konflik psikologis dengan lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Kesimpulan

Teori psikososial Erik Erikson memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana manusia berkembang sepanjang hidup. Dengan memahami tahapan-tahapan ini, kita dapat membantu diri sendiri dan orang lain untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat secara emosional dan sosial. Tahapan ini mengingatkan kita bahwa setiap fase kehidupan memiliki tantangan yang unik, tetapi juga peluang untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun