Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Akhir Pekan di Pemakaman

26 Oktober 2014   19:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liburan ke Pemakaman akan menjadi pilihan alternatif yang cukup unik untuk menghabiskan akhir pekan Anda. Jika mengunjungi mall dan menonton film sudah dirasa membosankan, warga ibu kota dapat menjajal salah satu situs cagar budaya yang terletak tidak jauh dari pusat kota, Museum Taman Prasasti.

Museum Taman Prasasti Tampak Depan (Dokumentasi Pribadi) Museum yang memiliki luas 1,2 Ha ini didedikasikan khusus untuk menyelamatkan ratusan nisan, patung serta ragam ornamen pemakaman eksotis dan bernilai sejarah tinggi. Museum yang dulunya bernama komplek pemakaman Kebon Jahe Kober dan diperuntukan sebagai pemakaman orang-orang Belanda ini menyimpan ratusan koleksi nisan, patung, ornamen makam, peti mati hingga kereta jenazah baik yang berasal dari wilayah Jakarta maupun yang berasal dari daerah lain. Sebagian besar nisan milik orang Belanda sehingga koleksi yang dominan adalah patung Bunda Maria, malaikat dan Salib. Kebanyakan nisan diawali dengan kalimat “Hier onder leid begraven..” yang artinya “dibawah ini, terbaring jasad…” Suasana hening dan sepi serta penggambaran beberapa wujud malaikat serta salib akan membuat kita teringat akan proses yang mau tidak mau harus dilewati, kematian. Namun kematian yang dikemas dengan agung dan mewah, dengan nisan marmer dan ukiran cantik di sana-sini. Museum ini mampu membuat pengunjung seperti ditarik ke abad 18 atau 19 dan merasakan kembali kesedihan dari sebuah proses kematian yang orang-orang terdekat mereka alami. Sebagaian besar nisan ditulis dalam bahasa Belanda, namun beberapa nisan ditulis dalam bahasa Inggris, sehingga pengunjung dapat mengetahui riwayat hidup orang yang dimakamkan dibawah nisan tersebut. Ukiran dan seni patung yang detail dan halus menggambarkan kepiawaian pematung pada zaman itu. Menara beraksen gotik  berwarna hijau menjulang di tengah taman Prasasti menjadi salah satu spot favorit untuk berfoto. Selain itu di Museum ini disimpan nisan Soe Hok Gie, aktivis sekaligus penulis pada era Orde Lama.

image
image
Nisan Soe Hok Gie ‘Nobody knows the troubles I See nobody knows My Sorrow’ (Dokumentasi Pribadi) Nisan Olivia Marianne Raffles (Istri Gubernur Jendral Rafless, pengagags kebun Raya Bogor) dan Nisan Dr. H.F. Roll (Pendiri Stovia) pun turut menjadi koleksi di museum ini. Meski penuh dengan batu nisan dan prasasti, pengelola sudah mulai menata pepohonan dan taman di sekitarnya, sehingga kesan angker tidak begitu terasa.

image
image
Menara Hijau beraksen gotik menjulang di tengah taman (Dokumentasi Pribadi) Minimnya petunjuk serta masih belum terorganisasinya pengelompokan koleksi menjadi kekurangan museum unik satu ini. Kita akan sangat sulit menemukan makam-makam orang terkenal karena labelnya yang terbatas. Jika kita tidak melihat nisan dengan sekasama akan sulit menemukan beberapa koleksi penting seperti makam istri Raffles atau Soe Hok Gie tadi. Beberapa sudut area taman yang ditumbuhi gulma dan dipenuhi corat-coret perlu dibenahi. Terletak di Jl. Tanah Abang I (Belakang Gedung MK) Museum ini begitu mudah diakses. Bagi pengunjung yang datang dari arah Monas, dapat langung ke lokasi hanya dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 500m. Harga tiket Rp5000 dan buka setiap Selasa-Minggu pukul 09.00-15.00. Bagi Anda yang ingin menjadikan Taman Museum Prasasti sebagai tempat berfoto profesional, Anda harus menyediakan tambahan biaya sebesar Rp100.000.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun