"Itu yang paling enak di Cirebon?" Saya berusaha meyakinkan diri.
"Iya, paling ramai kalau siang hari." Jawabnya pasti.
Saya dan Tommy senang, karena ternyata layanan taksi dan ojek online hadir di Cirebon, sehingga memungkinkan backpacker seperti kami berkeliling agak jauh tanpa terbebani biaya mahal. "Coba tadi malam kita pesan taksi online aja seturun dari bus," kata saya, Tommy tertawa.
Tak sampai 10 menit, kami sudah sampai di Nasi Jamblang Bu Nur. Tanpa sengaja saya bertemu teman lama di Rotary, Idfi Pancani yang juga terkenal sebagai traveler.
Nah kalau traveler ternama saja makan siang di sini, pastinya ini memang tempat yang recommended, pikir saya. Setelah bertukar sapa sebentar, Idfi kembali ke hotel dan saya masuk ke Nasi Jamblang Bu Nur
Di dalam, saya membuktikan sendiri bahwa tempat tersebut memang penuh sekali! Bergaya prasmanan, kita bisa memilih lauk apapun yang disukai, mulai dari daging empal, sate, ikan, udang, hingga jengkol. "Lu ke Cirebon cobain dong udangnya," saran Tommy.
Setuju sekali, saya langung menyikat udang yang sudah tinggal sedikit. Ditambah jengkol dan beberapa perintilan sayur-sayuran lalap, Tommy mengambil daging.
Seperti juga makan di Terminal Pulogebang sehari sebelumnya, makan di sini cukup murah. Berdua, dengan minum teh hangat dan es teh manis kami hanya terkena biaya Rp 50 ribuan, artinya hanya Rp 25 ribuan seporsi, sama sekali tidak rugi!
Karena penuh luar biasa, kami kebagian tempat di lantai atas. Lumayan ada kursi sisa dan colokan letaknya di dekat meja. Sambil mengisi powerbank dan baterai smartphone, kami menikmati nasi jamblang.
Enak sekali.. hampir saya ingin nambah lagi kalau tidak ingat tadi pagi sudah puas makan empal gentong Kang Mail yang penuh lemak dan kolesterol. Masa sekarang makan udang mesti nambah lagi, hehehe.