Mohon tunggu...
hariadhi
hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Editor, designer, entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Indahnya Jalan Darat ke Cirebon

7 Agustus 2019   02:01 Diperbarui: 7 Agustus 2019   02:37 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelar 5 menit saja membeli tiket, kami memasuki bagian "boarding". Seperti juga layaknya di bandara, di sini harus diperiksa dan lewat gate dulu. Kemudian bayar semacam airport tax dengan harga murah meriah, barulah kita dipersilakan menunggu di lantai paling atas.

dokpri
dokpri
Ruang tunggu di sini mirip sekali di bandara. Kursinya bagus, ada tempat bermain untuk anak, TV untuk ditonton sembari menunggu bus berangkat.

Walaupun sebenarnya fungsinya tidak terlalu banyak, karena bus berbeda dengan pesawat yang harus menunggu proses landing, taxiing, cek tiket, boarding, dan take off. Bus jauh lebih praktis, begitu kami sampai di lantai atas, kami tinggal naik dan merebahkan di kursi bus eksekutif nan empuk.

Tak sampai setengah jam, bus sudah jalan. Kalau dibandingkan dengan kenyamanan pesawat, ya kurang lebih sama saja. Bahkan jarak antar kakinya pun bisa dibandingkan dengan pesawat garuda atau batik.

Merokok? Bebas di ruang belakang. Toilet pun kalau kebetulan bertemu yang ada fasilitasnya, bebas digunakan. Hidupkan handphone dan berselfie ria selama perjalanan? Jelas kemewahan yang sulit ditemukan di pesawat...

Mungkin kelemahan yang sulit ditemukan di bus adalah ketiadaan pramugari. Namun sebagai lelaki yang tidak punya kebiasaan jelalatan, tak ada masalah bagi saya kalau harus menghabiskan waktu ngobrol berdua dengan bapak tua di sebelah saya.

Kurang lebih 3,5 jam, kami sudah masuk di Kota Cirebon. Kami diturunkan di dekat terminal, dan agak celingak-celinguk mencari penginapan bagus.

Setelah menikmati susu hangat di  warteg, kami bertanya kepada ojek di sekitar. Mereka setuju mengantarkan dengan uang Rp 20 ribu saja.

Sampailah kami di Hotel Sapadia. Hanya Rp 300ribuan, sudah dapat fasilitas air hangat, AC yang dingin, dan kasur double, sehingga saya tak perlu khawatir dituduh teman tidur seranjangnya Tommy, hahaha.

Tommy dan saya punya siklus biologis agak beda. Saya suka menikmati cahaya pagi di tempat tujuan, lalu tidur kembali beberapa jam menjelang checkout. Tommy lebih senang tidur hingga agak siang, lalu berjalan-jalan siangnya.

Maka setelah dia Cuma menjawab "hmmm.." sambil meneruskan ngoroknya, saya memutuskan turun pukul 5:30 pagi. "Sudah ada sarapan, Mba?" tanya saya kepada waitress yang masih berbenah di restoran. "Silakan pak, sudah ada nasi, lauk, sereal, dan roti," jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun