Banyak yang memuji indahnya arsitektur Bandara Kertajati, Majalengka, dan manfaatnya bagi warga Jawa Barat, memastikan mereka bisa terbang ke luar negeri, termasuk pergi haji. Tapi sedikit yang menyadari bahwa Bandara Kertajati ini justru membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur justru sangat bisa dinikmati oleh mereka yang tidak mampu membeli tiket pesawat sekalipun.
Kok bisa?
Makanya, yuk datang dan nikmati sendiri Bandara keren yang jaraknya sekitar 2 jam dari Bandung ini...
Ada dua momen saya datang dan menikmati Bandara Kertajati. Pertama sekitar 4 bulan lalu bersama Masbro Sansulung John Sum. Sama sepertti saya mengajak Himawan Noorkanji, juga saat sudah larut malam. Tapi ya saya masa bodohlah. Kalau memang sudah saatnya bandara itu direview maka saya akan datang dan berikan review.Â
Yang kedua bersama Mas caleg sugih Kokok Herdhianto Dirgantoro. Karena sugih, dia yang membayari seluruh bensin, penginapan, dan makanan selama di jalan. Hahaha.
Manapun dari kedua perjalanan itu, sama berkesannya. Tapi ada cerita yang tak biasa saat saya bersama mas Darsum. Di sana kita bertemu hal tak biasa, menakjubkan, dan bikin tersenyum lebar.Â
"Serius nih mau jemput, kan jauh?" Rumah Mas Darsum ada di sekitaran Jonggol, Jawa Barat sana. Sementara saya di Jakarta. Tapi kebetulan saya juga baru mengantarkan seorang penganut tasawuf gaul bernama Wan Daeng, yang akan saya ceritakan di tulisan selanjutnya.Â
"Ya udah ga papa sekalian kan mau ke Jakarta juga, nanti saya antar masbro pulang lagi," kata saya berusaha meyakinkan. Akhirnya Masbro Darsum bersedia. Maka sampai di Bandara Kertajati, matahari mulai meninggi. Masuk ke sana waktu itu masih dengan karcis sobek manual. Saat berkunjung bersama Mas Kokok beberapa waktu lalu, sudah pakai mesin parkir elektronik.
Di parkiran, ada hal tak biasa yang saya temukan: Odong-Odong!
Setidaknya ada 3 atau 4 odong-odong yang mengangkut bukibuk dan nakanak dari desa sekitar. Akan terbangkah mereka? Berhaji? Umroh? Bukan.. ternyata sekedar mau menikmati saja bandara baru tersebut.Â
Seperti juga kejadian di Probolinggo, manfaat dan trickle down effect pembangunan infrastruktur terhadap rakyat kecil tidak bisa begitu saja terjadi setelah pembangunan dilakukan. Harus ada beberapa intervensi yang memungkinkan hal tersebut terwujud.
Amin...
HariadhiÂ
*) Tulisan ini bisa dibaca juga di hariadhi.com dan seword.com, bagian dari perjalanan #1000kmJKW
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H