Mohon tunggu...
hariadhi
hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Editor, designer, entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Paradoks Bandara Kertajati, Malah Dinikmati Mereka yang Tak Mampu Terbang

10 Oktober 2018   07:55 Diperbarui: 10 Oktober 2018   08:19 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang memuji indahnya arsitektur Bandara Kertajati, Majalengka, dan manfaatnya bagi warga Jawa Barat, memastikan mereka bisa terbang ke luar negeri, termasuk pergi haji. Tapi sedikit yang menyadari bahwa Bandara Kertajati ini justru membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur justru sangat bisa dinikmati oleh mereka yang tidak mampu membeli tiket pesawat sekalipun.

Kok bisa?

Makanya, yuk datang dan nikmati sendiri Bandara keren yang jaraknya sekitar 2 jam dari Bandung ini...

Ada dua momen saya datang dan menikmati Bandara Kertajati. Pertama sekitar 4 bulan lalu bersama Masbro Sansulung John Sum. Sama sepertti saya mengajak Himawan Noorkanji, juga saat sudah larut malam. Tapi ya saya masa bodohlah. Kalau memang sudah saatnya bandara itu direview maka saya akan datang dan berikan review. 

Yang kedua bersama Mas caleg sugih Kokok Herdhianto Dirgantoro. Karena sugih, dia yang membayari seluruh bensin, penginapan, dan makanan selama di jalan. Hahaha.

Manapun dari kedua perjalanan itu, sama berkesannya. Tapi ada cerita yang tak biasa saat saya bersama mas Darsum. Di sana kita bertemu hal tak biasa, menakjubkan, dan bikin tersenyum lebar. 

Dok. Hariadhi
Dok. Hariadhi
Ceritanya saya ajak mas Darsum ke Bendara Kertajati waktu baru beberapa hari diresmikan minggu diresmikan Pakde Jokowi. Seperti biasa, kalau mengajak pasti mendadak dan tanpa persiapan matang. Saya berharap Masbro Darsum bisa mendapat experience yang tanpa diskenariokan. Spontan. Dan itulah yang kita dapatkan. 

"Serius nih mau jemput, kan jauh?" Rumah Mas Darsum ada di sekitaran Jonggol, Jawa Barat sana. Sementara saya di Jakarta. Tapi kebetulan saya juga baru mengantarkan seorang penganut tasawuf gaul bernama Wan Daeng, yang akan saya ceritakan di tulisan selanjutnya. 

"Ya udah ga papa sekalian kan mau ke Jakarta juga, nanti saya antar masbro pulang lagi," kata saya berusaha meyakinkan. Akhirnya Masbro Darsum bersedia. Maka sampai di Bandara Kertajati, matahari mulai meninggi. Masuk ke sana waktu itu masih dengan karcis sobek manual. Saat berkunjung bersama Mas Kokok beberapa waktu lalu, sudah pakai mesin parkir elektronik.

Di parkiran, ada hal tak biasa yang saya temukan: Odong-Odong!

Setidaknya ada 3 atau 4 odong-odong yang mengangkut bukibuk dan nakanak dari desa sekitar. Akan terbangkah mereka? Berhaji? Umroh? Bukan.. ternyata sekedar mau menikmati saja bandara baru tersebut. 

Dok. Hariadhi
Dok. Hariadhi
"Iya, senang. Ada objek wisata baru," jawab mereka saat saya tanyakan. Supirnya odong-odongnya, Kang Agus juga menjawab, "Berkat bandara baru BIJB Majalengka ini jadi ramai yang jalan-jalan. Berkah baru buat saya. Terima kasih pembangunannya Pak Jokowi!" Tambah semangat lagi saat saya berikan kaos #JKWadalahkita. Ia berjanji akan memakainya dengan bangga saat membawa tour. 

Dok. Hariadhi
Dok. Hariadhi
Tapi saya sendiri agak sangsi apakah odong-odong ini akan seterusnya diizinkan masuk ke parkiran bandara jika Bandara Kertajati sudah beroperasi penuh. Biasanya kan kalau sudah penuh dengan turis dan tamu internasional, yang seperti odong-odong ini akan segera tergusur dengan alasan ketertiban. Saya harap pengelolanya mau setidaknya membuatkan pintu masuk dan parkiran khusus bagi mereka-mereka yang ingin tetap menikmati bandara walau jelas tak akan mampu kalau diminta membayar tiket pesawat sekedar untuk cuci mata. 

Seperti juga kejadian di Probolinggo, manfaat dan trickle down effect pembangunan infrastruktur terhadap rakyat kecil tidak bisa begitu saja terjadi setelah pembangunan dilakukan. Harus ada beberapa intervensi yang memungkinkan hal tersebut terwujud.

Dok. Hariadhi
Dok. Hariadhi
Maka siapapun nanti yang  terpilih jadi Presiden 2019, pasti akan melanjutkan pembangunan infrastruktur. Semoga saja di masa mereka, para pengelola dan perusahaan konstruksi mau memahami ini. Bukan sekedar membuka lapangan kerja, namun juga memastikan apapun yang mereka bangun bisa terakses manfaatnya oleh rakyat yang tak mampu membayar sekalipun. 

Amin...

Hariadhi 
*) Tulisan ini bisa dibaca juga di hariadhi.com dan seword.com, bagian dari perjalanan #1000kmJKW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun