Setidaknya ada 3 atau 4 odong-odong yang mengangkut bukibuk dan nakanak dari desa sekitar. Akan terbangkah mereka? Berhaji? Umroh? Bukan.. ternyata sekedar mau menikmati saja bandara baru tersebut.Â
"Iya, senang. Ada objek wisata baru," jawab mereka saat saya tanyakan. Supirnya odong-odongnya, Kang Agus juga menjawab, "Berkat bandara baru BIJB Majalengka ini jadi ramai yang jalan-jalan. Berkah baru buat saya. Terima kasih pembangunannya Pak Jokowi!" Tambah semangat lagi saat saya berikan kaos #JKWadalahkita. Ia berjanji akan memakainya dengan bangga saat membawa tour. Tapi saya sendiri agak sangsi apakah odong-odong ini akan seterusnya diizinkan masuk ke parkiran bandara jika Bandara Kertajati sudah beroperasi penuh. Biasanya kan kalau sudah penuh dengan turis dan tamu internasional, yang seperti odong-odong ini akan segera tergusur dengan alasan ketertiban. Saya harap pengelolanya mau setidaknya membuatkan pintu masuk dan parkiran khusus bagi mereka-mereka yang ingin tetap menikmati bandara walau jelas tak akan mampu kalau diminta membayar tiket pesawat sekedar untuk cuci mata. Seperti juga kejadian di Probolinggo, manfaat dan trickle down effect pembangunan infrastruktur terhadap rakyat kecil tidak bisa begitu saja terjadi setelah pembangunan dilakukan. Harus ada beberapa intervensi yang memungkinkan hal tersebut terwujud.
Maka siapapun nanti yang  terpilih jadi Presiden 2019, pasti akan melanjutkan pembangunan infrastruktur. Semoga saja di masa mereka, para pengelola dan perusahaan konstruksi mau memahami ini. Bukan sekedar membuka lapangan kerja, namun juga memastikan apapun yang mereka bangun bisa terakses manfaatnya oleh rakyat yang tak mampu membayar sekalipun. Amin...
HariadhiÂ
*) Tulisan ini bisa dibaca juga di hariadhi.com dan seword.com, bagian dari perjalanan #1000kmJKW
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya