"Ini semua disengaja, Pak?" Tanya saya memastikan.
"Kalau sawit yang ditanam rakyat memang begitu. Tidak mungkin mereka menunggu sawit 2,5 hingga 3 tahun baru bisa dipanen. Mereka perlu penghasilan sementara sawitnya berkembang. Maka diselingi dengan yang lain." Jawabnya.
"Ini Bapak selang-seling dengan pisang ya?" Tanya saya kagum.
"Iya. Sekalian ada jengkol, temulawak, dan durian. Sebelum sawit mulai berbuah, saya sudah memetik banyak panen. Begitu sawit berbuah, otomatis tanaman kecil mati sendiri karena tidak dapat cahaya. Tapi masih sisa durian dan jengkol yang akan makin rajin berbuah karena kebagian pupuk dan kehilangan saingan." Pak Hussein memaparkan strateginya.
"Tidak takut sawitnya jadi berebut nutrisi tanah dan air dengan yang lain, Pak?" Saya masih meragukan keterangannya.
"Oh jelas tidak. Buktinya lihat sendiri kan? Itu sawit saya baru dua setengah tahun pun sudah mulai berbuah pasir." Buah pasir maksudnya buah pertama yang masih kecil dan belum layak dijual. Normalnya buah pasir sawit baru muncul di tahun ketiga.
"Kamu mau coba jengkolnya? Bawa pulang, ya! Berapa harga jengkol di Jakarta sekarang?" Tanyanya sambil membelah jengkol yang masih muda.
"Bisa lebih mahal dari daging sapi kalau sedang langka, Pak..hahaha," jawab saya.