Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Petani Menggugat

16 Agustus 2020   08:01 Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuan-tuan yang terhormat!

Dalam memperjuangkan nasib para petani, sering sekali terdengar kapitalisme dan neo liberalisme. Kapitalisme itu nyata adanya. Neo liberalisme menjadi cara untuk merampas sumber daya dan menekan sebuah bangsa demi kepentingan bangsa yang lain.

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Ia menjadi cara bagi bangsa bermodal kuat untuk menyelamatkan produksi petaninya sendiri dan menyingkirkan produk petani dari bangsa lain, dengan kampanye yang minim hati nurani. Selama ada yang namanya ekonomi bangsa, ada ekonomi negeri, maka praktek-praktek penjajahan secara halus ini akan terus dilakukan.

Itulah yang seharusnya membuat hati kami semua tergerak. Karena selama ini Bangsa ini keseluruhannya hanya dianggap pasar, tempat melempar produk, mengeruk kapital, bukan sebuah komunitas yang perlu dijadikan sahabat, bukan penyuplai yang saling menguntungkan timbang balik. Bukan dianggap sebagai sesama bangsa yang setara dan saling bantu. Bukan mitra.

Selama ini petani-petani kami dibuat menjerit oleh kampanye hitam yang mendiskreditkan produk mereka sebagai tidak ramah lingkungan, merusak alam, mendatangkan penyakit jantung dan stroke, dan sebagainya.

Padahal banyak riset sudah membuktikan bahwa sawit justru penghasil minyak paling efisien, baik dari segi lahan maupun pemanfaatan air. Semuanya diabaikan, dan tetap saja bulir demi bulir yang mereka hasilkan dengan darah dan air mata dicap sebagai perusak alam.

Penjajahan adalah sebuah upaya mendikte, memaksakan, dan akhirnya menguasai keputusan-keputusan yang diambil sebuah bangsa. Walaupun penjajahan secara fisik hampir tiada lagi dengan merdekanya banyak negara-negara di Asia dan Afrika paska perang dunia kedua, namun penjajahan ekonomi adalah nyata adanya, Tuan-Tuan yang terhormat....

Nafsu akan kekayaan, Tuan-Tuan..., nafsu akan uanglah yang menjadi pendorong Colombus menempuh samudera Atlantik nan luas itu; nafsu akan emaslah yang membuat Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama menentang hebatnya gelombang samudera Hindia; pencarian kekayaanlah yang menjadi penunjuk arahnya.

Nafsu akan kekayaan yang membuat kalian menuliskan NO PALM OIL di produk-produk yang dihasilkan, demi mendapat dukungan dari para pecinta lingkungan dan pemerhati kesehatan yang telah membaca data-data yang keliru.

Kampanye-kampanye semacam itulah yang selama ini membuat harga sawit anjlok dan membuat petani kami menjerit. Bertahun-tahun...

Dalam keadaan demikian, kiranya perlu kami semua turun dan melakukan perlawanan. Tak berdiam diri di rumah sahaja. Karena Indonesia bukan sekedar pembeli. Kami tak serendah itu. Kami juga tak sepasrah itu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun