Ia berkelit tak mau menjawab berapa dollar yang diterima dan dihabiskan untuk kampanye ini.
"Mau satu dollar, seribu dollar, satu juta dollar, saya tidak akan menjawabnya, karena Anda juga tidak akan percaya jawaban saya," demikian kilah Dandhy.
"Ya sudah, Anda bisa percaya atau tidak. Saya keliling Indonesia pakai tabungan. Saya tidak minta teman saya menjadi komisaris BUMN," Balas Dandhy balik menyindir, yang lalu disambut tawa.
Dandhy balik bertanya, bagaimana akhir dari nasib Papua, mengingat segala eksperimen, termasuk menjadikannya sebuah otonomi khusus, sudah dilakukan. Yang belum dicoba adalah mencoba bertanya kepada Orang Papua apa yang mereka inginkan. Dan belum tentu referendum berakhir kemerdekaan Papua, dengan merujuk berbagai referendum di negara lain.
Budiman Sudjatmiko, yang sebelumnya dikenal sebagai aktiis 90an ini menjawab bahwa ia menginginkan pendekatan dialog dan pengembalian sistem tribe di Papua menjadi sebuah sistem dan hierarki bertingkat sebagai sebuah konfederasi Papua. Ini juga termasuk di dalamnya masalah keterwakilan dalam parlemen yang harus diperbaiki agar orang Papua asli bisa terakomodasi lebih proporsional.
Ia juga menyatakan bahwa dalam memecahkan masalah Papua, mungkin saja ada pihak ketiga yang diterima sebagai pengawas, namun harus dibatasi agar tidak mencampuri keputusan atas nasib bangsa kita.
Namun syaratnya, solusi ini harus tetap dalam lingkup keIndonesiaan. Ia menyatakan bahwa, secara prinsip, ia tidak terlalu banyak perbedaan dengan Dandhy yang harus dipermasalahkan.
Dari sesi pertanyaan dari penonton, lebih banyak mengulangi dan menguatkan argumen kedua pendebat. Namun satu hal yang paling penting, baik Dandhy Laksono maupun Budiman Sudjatmiko sepakat bahwa demiliterisasi harus dilakukan di Papua. Lebih jauh, pendekatan polisi sebagai kekuatan sipil yang persuasif harus ditingkatkan sementara kehadiran tentara harus dikurangi.
Menurut pendapat saya, memang inilah pendekatan yang saat ini digunakan pemerintah di Papua. Terbukti saat terjadi kerusuhan rasial, yang didatangkan bukanlah tentara, namun ribuan brimob, yang merupakan kekuatan polisi khusus untuk menghadapi huru-hara, alias riot control unit.
Hasilnya korban jiwa yang berjatuhan relatif sedikit jika dibandingkan penanganan oleh militer pada masa lalu.
Sebagai kesimpulan, #debatkeren yang dihadirkan oleh Visinema dan AlineaTV ini cukup berkualitas, di luar berbagai lanturan yang tidak relevan dan serangan personal yang terjadi.