Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Otong Anaknye Pasukan Biru

30 Agustus 2019   20:31 Diperbarui: 4 September 2019   15:39 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Akhirnye seisi kota Batavia terjangkit penyakit. Belon ade umur 40, banyak orang di sini meninggal. Sampan-sampan dikayuh di tepi sungai membawa mayat dari rumah sakit ke Gereja buat dimakamin." Engkong menunjuk gambar Museum Wayang alias De Oude Hollandsche Kerk yang pada kisaran tahun 1600an hingga 1700an pekarangannya dipenuhi berbagai nisan besar. "Nisan-nisan ini sekarang banyak ude dipindah ke Museum Prasasti. Dulunya pekuburan umum, terbesar dan paling terawat sedunia!"

"Terus diapain tuh Kong biar ga banyak banjir dan penyakit?" Otong makin penasaran.

pluit1-5d69248e097f3619512209d2.jpeg
pluit1-5d69248e097f3619512209d2.jpeg
Engkong menjelaskan bahwa Belanda, di bawah Daendels, tidak tinggal diam. Mulai 1800ah, pengaturan ulang kota dilakukan dengan memindahkan pusat kota ke arah selatan, alias Weltevreden. "Bangunan-bangunan kumuh di utara dihancurin, jadi istana putih. Tapi baru di bawah Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies, alias De Bus, istana putih bisa terwujud dan ramelah entu kawasan Jakarta Pusat sekarang!"

"Nah untuk mengatasi banjir, Belande bikin pengaturan ulang saluran air. Termasuk pembangunan Kanal Banjir Barat sama Timur, yang dirancang Hendrik van Breen dan dieksekusi same Burgelijke Openbare Werken," Otong langsung bingung. "Apaan tuh Openber Werken Werken, Kong?" Tanyanya terheran heran

"Itu sekarang namanye Kementerian PU," Jelas Engkong Yoyoh. "Dulu waktu kuat dan muda, engkong cari kerjaan di situ, jadi kuli beberes sampah di saluran aer. Gede gajinye! Sampe kalo malem mingguan, bisa traktirin nenek lo nasi goreng gerobak sekeluarga!" Engkoh tertawa-tawa. 

"Tong, makan dulu!" Nyak Patime memanggil dari dapur yang sekaligus berfungsi sebagai ruang makan berukuran pas-pasan. Babe Juri sudah menunggunya. "Ayo makan Tong, sambil cerita-cerita lagi sama Engkong," kata Babe. "Ngobrol apa tadi?" Nyak menyendokkan nasi untuk mereka.

"Soal air di Jakarta, Be!" Jawab Otong.

Waduk Sunter Barat, Dokpri
Waduk Sunter Barat, Dokpri
"Oh.. Iye. Tadi soal Kanal Banjir ye." Kata Babe Juri yang kebetulan juga bekerja mengerjakan pemeliharaan saluran air, seperti juga mertuanya. "Babe juga ikutan tuh perbaikin dinding kali yang masuk ke Kanal Barat. Dulunye itu sungai kecil, Tong."

"Terus kok dibikin gede?" Tanya Nyak Patime ikut-ikutan.

"Ya.. biar airnye lancar lah." Jawab Babe melanjutkan. "Karena di Bogor dan Depok ga serimbun dulu pohonnye, satu per satu jadi sawah, lalu hilang dan jadi rumah, jadinye air makin gede ngalir ke Jakarta. Kalau sungainye masih sempit, alhasil banjir deh Jakarta tiap kali Bogor dan Depok hujan!"

"Lah tapi kalau ga ada yang nampung pegimane dong tetap aje banjir, Pan?" Tanya Nyak Patime menyodorkan piring berisi sayur lodeh dan soto tangkar khas Betawi kesukaan Engkong Yoyoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun