Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Embracing Failure di Ketinggian 2200 Meter Gunung Gede

28 Agustus 2019   07:54 Diperbarui: 28 Agustus 2019   08:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

screen-shot-2019-08-28-at-07-41-02-5d65ce4d097f3665a5644a32.png
screen-shot-2019-08-28-at-07-41-02-5d65ce4d097f3665a5644a32.png
Di pos ketiga kami melihat beberapa pendaki dengan baju bertuliskan Universitas membuka tenda, namun kemudian dibongkar lagi. "Mau terus saja sebelum malam, di Suryken saja berkemahnya."

Setelah bertanya-tanya apa itu Suryken, dijawab oleh mereka "Surya Kencana, Bang. Itu tanah lapang besar menjelang puncak yang indah, isinya sekumpulan bunga edelweiss." 

Banyak sekali istilah yang digunakan pendaki, misalnya beberapa kali mereka berteriak, "Bonus! Bonus!" Setelah saya tanyakan kepada mereka, ternyata istilah untuk beberapa meter tanah datar yang lebih mudah dilalui.

Menuju pos empat, barulah stamina dan ketahanan saya menurun. Beberapa saya berteriak "Bentar dulu!" Dengan napas terengah-engah. Kondisi tanjakan di sini adalah yang paling curam, "Ayo Bang, dikit lagi udah sampai pos empat, kok." Kata mereka menyemangati.

Dokpri
Dokpri
Kemudian bergabung pula dua pendaki lain, Mas Arul dan temannya. Seharusnya ini menjadi penambah moral, karena hari sudah menjelang malam. 

Gelap membuat kondisi pendakian lebih berbahaya, sementara yang kami andalkan hanya dua headlamp dan cahaya senter dari HP. Namun setelahnya, saya malah makin drop.

"Uwek..." saya mengeluarkan seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi sejak di bawah tadi. Perut jadi kosong, kepala makin ringan, melayang-layang. Berbahaya sekali karena tanpa keseimbangan yang baik, di bawah telah menanti jurang yang dalam.

Saya masih berupaya sekuatnya sampai akhirnya kram menyerang pangkal paha untuk ketiga kalinya. Rombongan tersebut menawarkan untuk membuat tenda saja untuk saya menginap hingga pagi, "Nanti di depan ada tanah datar dan sandaran pohon untuk membuat tenda," Kata Mas Arul kepada yang lain.

"Iya ga apa-apa, saya sampai sini saja daripada merepotkan yang lain," Jawab Saya.

Dengan cekatan karena sudah puluhan tahun mendaki, Mas Arul membuatkan tenda dari persediaan yang saya bawa. Kemudian sleeping bag digelar. "Kok ga bawa matras?" Tanya Mas Arul. 

Saya baru sadar kalau tidur di tenda tanpa matras ternyata membuat punggung kesakitan luar biasa. Tapi kepalang tanggung, saya persilakan mereka jalan kembali, dan saya menghabiskan malam yang dingin menusuk di keheningan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun