Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyapa Tuan Max Havelaar di Rangkasbitung

21 Agustus 2019   08:27 Diperbarui: 21 Agustus 2019   16:38 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Saidjah Adinda adalah dua tokoh yang menjadi salah satu bagian cerita di buku Max Havelaar karya Multatuli. Keduanya adalah anak petani yang saling jatuh cinta dan orangtuanya sama-sama kabur dari kampung karena tidak tahan dengan pemerasan dari kepala daerahnya. 

Bedanya orangtua Saidjah tertangkap dan meninggal, sementara Adinda dan orangtuanya gugur dan diperkosa dalam pertempuran melawan kesewenang-wenangan yang terjadi di Banten saat itu. 

Saidjah, kecewa karena gagal menikahi pujaan hatinya, akhirnya nekat menyerbu dan mengamuk. Ia pun akhirnya menyusul Adinda, cinta sejatinya.

Dokpri
Dokpri
Perpustakaan ini bersih, rapi, dan cukup luas. Fasilitasnya modern. Di bagian bawah kami bisa mencicipi makanan dan minuman di kantin, mencoba gamelan, dan akhirnya naik lift ke lantai dua, tempat perpustakaannya berada. "Gue ngedrone dulu di luar ya," Tommy tampak lebih tertarik dengan lapangan di luar. 

Sementara saya lebih senang membaca buku sambil terkantuk-kantuk di dalam ruangan perpustakaan. Lagi-lagi, tidak diminta bayaran apapun untuk menikmati fasilitas ini. Kalaupun ingin menjadi anggota, cukup menitipkan fotokopi KTP. Tapi itu tidak wajib.

Dokpri
Dokpri
Di tengah rasa kantuk yang hebat, sambil membolak-bolik, mengingat kembali tulisan Multatuli, saya pun masuk ke dunia mimpi. 

Nyaman sekali rasanya kursi di perpustakaan ini, sambil diselingi hembusan AC yang dingin. Bau buku yang khas menambah kenyamanan tersendiri. Sejak kecil saya memang penggila buku dan sering nongkrong di perpustakaan.

"Pak, mau bantu kami syuting kecil-kecilan ga?" Tanya seorang petugas cantik berjilbab membangunkan saya. Tentu saja rugi rasanya kalau melewatkan tawaran itu, sekalian ngeksis hehe. 

"Tapi saya cuci muka dulu ya mba. Ngantuk sekali." Ia lalu menunjukkan toilet terdekat. Bersih sekali seperti layaknya toilet di hotel, membuat saya lupa bahwa gedung ini fasilitas umum dan dikelola pemerintah.

Usai suting, saya meminta kesempatan berfoto berdua dengan teteh cantik ini, yang sayang sekali lupa saya ajak berkenalan. Ya sudahlah, paling tidak kami sudah dalam satu bingkai foto yang bisa dijadikan kenang-kenangan.

Dokpri
Dokpri
Menjelang mentari beranjak dari atas kepala, saya mengajak Tommy makan siang di tepi lapangan Balaikota. "Soto tangkarnya satu ya, Bu!" Seru saya kepada penjual. Tidak ada yang terlalu istimewa dari wisata kuliner ke Rangkasbitung selain pepes belut tadi pagi. Namun karena sudah lapar, soto tangkar yang juga sering kita temukan di Jakarta rasanya enak sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun