Bedanya orangtua Saidjah tertangkap dan meninggal, sementara Adinda dan orangtuanya gugur dan diperkosa dalam pertempuran melawan kesewenang-wenangan yang terjadi di Banten saat itu.Â
Saidjah, kecewa karena gagal menikahi pujaan hatinya, akhirnya nekat menyerbu dan mengamuk. Ia pun akhirnya menyusul Adinda, cinta sejatinya.
Sementara saya lebih senang membaca buku sambil terkantuk-kantuk di dalam ruangan perpustakaan. Lagi-lagi, tidak diminta bayaran apapun untuk menikmati fasilitas ini. Kalaupun ingin menjadi anggota, cukup menitipkan fotokopi KTP. Tapi itu tidak wajib.
Nyaman sekali rasanya kursi di perpustakaan ini, sambil diselingi hembusan AC yang dingin. Bau buku yang khas menambah kenyamanan tersendiri. Sejak kecil saya memang penggila buku dan sering nongkrong di perpustakaan.
"Pak, mau bantu kami syuting kecil-kecilan ga?" Tanya seorang petugas cantik berjilbab membangunkan saya. Tentu saja rugi rasanya kalau melewatkan tawaran itu, sekalian ngeksis hehe.Â
"Tapi saya cuci muka dulu ya mba. Ngantuk sekali." Ia lalu menunjukkan toilet terdekat. Bersih sekali seperti layaknya toilet di hotel, membuat saya lupa bahwa gedung ini fasilitas umum dan dikelola pemerintah.
Usai suting, saya meminta kesempatan berfoto berdua dengan teteh cantik ini, yang sayang sekali lupa saya ajak berkenalan. Ya sudahlah, paling tidak kami sudah dalam satu bingkai foto yang bisa dijadikan kenang-kenangan.