Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyapa Tuan Max Havelaar di Rangkasbitung

21 Agustus 2019   08:27 Diperbarui: 21 Agustus 2019   16:38 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri
Ada dua gedung menarik yang bersebelahan di sana, Museum Multatuli dan Perpustakan Saidjah Adinda. Saya memutuskan masuk Museum Multatuli dulu. Di dalamnya banyak sekali kutipan-kutipan dari tulian Douwes Dekker alias Multatuli. 

Beberapa peninggalan perdagangan masa lalu ditampilkan, lengkap dengan narasi-narasi yang dimunculkan melalui interaksi multimedia. Bagus sekali! Serasa berkunjung ke museum di Kota Tua, Jakarta.

Dokpri
Dokpri
Di museum ini, saya menemui ternyata banyak sekali versi terjemahan dan terbitan buku Max Havelaar, termasuk dari Penguin Book. 

Bahkan saya juga baru tahu sebenarnya terbitnya buku ini adalah sebuah kecelakaan. Max Havelaar disunting dan diterbitkan tanpa sepengetahuan penulisnya. 

Karena topiknya kontroversial, berupa penindasan rakyat Indonesia yang waktu itu tabu dibicarakan, buku ini kemudian menjadi buah bibir dan mendorong politik etis dan pergerakan pemuda Indonesia untuk meraih kemerdekaan.

"Seorang politikus yang tidak pernah mengenal Multatuli bisa menjadi politikus kejam. Pertama karena dia tidak kenal sejarah Indonesia dan kedua karena dia tidak mengenal humanisme modern," Ya, Multatuli memang menjadi salah satu inspirasi Pramoedya Ananta Toer dalam menulis. 

Bedanya Multatuli, sebagai keturunan Belanda agak berjarak dalam menganalisa beratnya kehidupan sebagai pribumi pada masa itu, sementara Pram jauh lebih dekat dan lugas karena menjadi bagian dari kisah-kisahnya sendiri.

Bukan hanya Pram.. Kartini, Bung Karno, Ahmad Soebardjo, adalah sekian banyak dari tokoh di Indonesia yang menjadikan tulisan-tulisan Multatuli sebagai inspirasi dalam berjuang. Museum Multatuli menyajikan fakta-fakta ini. Ada banyak sekali testimonial 

Dokpri
Dokpri
Sayangnya museum ini terasa terlalu kecil untuk konten Douwes Dekker yang terlalu kaya. Hanya dalam 3 menit, saya sudah selesai berkeliling sambil menjelaskan isinya melalui rekaman Youtube. 

Namun effort dari pemerintah daerah untuk merestorasi rumah dinasnya setelah terbengkalai sekian lama patut diberikan pujian. Lebih dipuji lagi dengan isi yang begitu mewah, museum ini tidak memungut bayaran apapun. Apapun

Keluar dari pintu belakang, kami berpindah ke Perpustakaan Saidjah Adinda yang sebenarnya juga bagian cerita dari karya Max Havelaar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun