Baru kali ini saya jumpai belut dipepes. Lagipula ukurannya kecil sekali, tidak meyakinkan. "Nih, makannya bareng Urap Daun Pepaya," Walaupun disebut urap, namun menurut saya lebih tepat disebut tumisan bunga dan daun pepaya.
"Tuh ada es campur Tom!" Seru saya di penghujung pasar becek. "Ya udah yuk cobain." Maka kami pun memesan tempat dan dua gelas es campur.
"Wuih beda banget ini rasanya, enak.." Bapak penjualnya langusng menjelaskan. "Itu pakai kacang hijau di atasnya." Rasa manis yang tidak terlalu kentara, bercampur dengan rebusan kacang hijau yang keset dan agak manis kepahit-pahitan, membuatnya ideal membuka hari bagi para pengelana rasa.
 Tommy mencoba sedikit dan setuju kalau pepes belut Rangkasbitung memang enak sekali. "Makannya sambil cubitin urap daun kelapanya nih."Â
Saya menawarkan seplastik kecil urap daun pepaya. Karena ditumis dengan banyak minyak, rasa pahit dari daun pepayanya hilang, berganti rasa gurih dari minyak goreng.
"Deket kok Cuma 700 meter dari sini." Katanya menyarankan. Cukup dekat, maka kami memutuskan jalan kaki saja sambil membakar kalori. "Asli jalan-jalan murah meriah. Ga keluarin duit banyak, bisa puas jalan-jalan keliling kota hehehe," Kata Tommy sambil menghidupkan kamera kecilnya.